WASHINGTON DC - Komite Kehakiman Senat Amerika Serikat (AS), pada Senin (1/3) malam telah meloloskan kandidat pilihan Presiden Joe Biden yaitu Merrick Garland sebagai Jaksa Agung AS.

Panel Senat itu memberikan 15 suara setuju melawan 7 suara menentang untuk mendukung Garland, seorang hakim pengadilan banding di Washington DC, yang pencalonannya ke kursi di Mahkamah Agung (MA) pada 2016 sempat dijegal oleh Partai Republik karena partai itu berusaha untuk mengisi kursi yang lowong di MA dengan hakim yang berhaluan konservatif.

Terdapatnya dukungan suara terhadap Garland dari sejumlah anggota Senat Republik itu semakin menegaskan bahwa penominasiannya untuk memimpin Kementerian Kehakiman akan sepenuhnya disetujui Senat yang saat ini perimbangan suaranya dikuasai imbang yaitu 50 berbanding 50 antara kubu Demokrat dan kubu Republik.

Pemilihan secara lengkap oleh Senat AS sendiri sudah bisa dilaksanakan secepatnya pada pekan ini.

Garland, 68 tahun, adalah seorang hakim yang amat dihormati dan ia merupakan sosok hakim yang dikenal cukup liberal. Ia pernah jadi pejabat senior di Kementerian Kehakiman AS sebelum ditugaskan jadi hakim sekitar 24 tahun lalu.

Dalam sesi sidang konfirmasi di hadapan Senat pekan lalu, Garland menyatakan bahwa dalam tugasnya ia akan berupaya dengan keras memerangi ekstremisme domestik dan tugas itu akan jadi prioritas utamanya jika ia telah dikonfirmasi jadi Jaksa Agung AS.

"Namun tugas paling mendesak pada Kementerian Kehakiman adalah untuk memastikan keadilan yang setara bagi minoritas dan orang kulit berwarna," ucap Garland, yang secara tegas merujuk pada gerakan Black Lives Matter. "Kaum minoritas masih menghadapi diskriminasi dalam sektor perumahan, pendidikan dan bursa tenaga kerja, serta secara tak proporsional paling menderita akibat dampak pandemi virus korona dan perubahan iklim," imbuh dia.

"Undang-Undang Hak Sipil tahun 1957 telah mengakibatkan Kementerian Kehakiman AS membentuk Divisi Hak Sipil dengan misi untuk menegakkan hak sipil dan konstitusional semua warga Amerika, terutama beberapa dari anggota masyarakat kita yang paling rentan," ucap Garland. "Misi itu masih tetap mendesak karena kita belum memiliki keadilan yang setara," pungkas dia. SB/AFP/I-1

Baca Juga: