Manusia yang hidup di abad ke-21 ini, terutama ketika pandemi Covid-19 menyergap semua negara di dunia, dipaksa untuk mengubah secara drastis poal pikir, perilaku, kebiasaan, dan bagaimana mampu 'berdamai' dengan virus korona yang tidak terlihat tapi cepat menyebar ke manusia lain. Karena perubahan yang mendadak,banyak orang yang tidak, bukan hanya di Tanah Air, banyak orang di belahan negara maju seperti di Amerika Serikat atau Eropa yang tidak siap.

Mereka mengabaikan aturan atau protokol kesehatan, dengan alasan masing-masing. Sikap seperti itulah yang membuat banyak kalangan yang khawatir bahwa gelombang kedua virus korona bakal mengancam kehidupan umat manusia. Peringatan akan datangnya gelombang kedua sudah diingatkan baik oleh Kepala Badan Kesehatan Dunia atau WHO dan banyak kepala negara, termasuk oleh Presiden, Joko Widodo.

Hal ini terkait mulai dilonggarkannya pembatasan aktivitas di Indonesia dan di berbagai penjuru dunia. Masyarakat seakan mulai bebas dari berbagai kekangan dan pergi ke tempat-tempat yang biasa menjadi tempat kerumunan orang, seperti mal, pantai, cafe, dan sebagainya. Di Indonesia kita dapat melihat pemandangan yang tak jauh dari Jakarta, Gelora Bung Karno yang menjadi salah satu tempat nyaman dan favorit warga untuk berolahraga, pasca kenormalan baru, mulai dipenuhipengunjung yang ingin menikmati suasana bebas dan udara bersih sambil berolahraga.

Pekan lalu, pengelola mulai membatasi warga agar tempat ini tidak menjadi cluster baru penyebaran Covid-19. Hari Minggu lalu, ketika hari bebas kendaraan bermotor (car free day) mulai dibuka lagi di ruas Jalan Thamrin-Sudirman, masyarakat berbondong-bondong menikmatinya, baik berjalan, lari, maupun bersepeda. Apa yang terjadi? Kerumunan warga tak terhindarkan, sehingga banyak orang yang mengusulkan kepada Pemrov DKI dan juga kepada Gubernur Anies Baswedan untuk menutup kembali car free day.

Yang perlu diingatkan di sini, masa pandemi Covid di Tanah Air belum berakhir, bahkan cenderung meningkat jumlahnya, baik yang positif, dalam pemantauan, maupun yang meninggal karena virus ini. Tapi, memang kelonggaran atas berbagai pembatasan dilakukan juga dengan harapan, kegiatan ekonomi masyarakat bisa bergerak dan roda perekonomian juga mulai jalan.

Artinya, kelonggaran yang diberikan pemerintah lebih pada aspek pertimbangan ekonomi, sebab sudah tiga bulan semua kegiatan relatif berhenti. Karena itu, masyarakat diingatkan lagi untuk tetap menjaga melaksanakan protokol kesehatan, yang paling mudah adalah bagaimana menerapkan kebiasaan baru menjaga kebersihan sehabis melakukan kegiatan, menjaga imun tubuh, dan yang terkait dengan orang lain, bagaimana kita menjaga jarak untuk menghindari penularan virus.

Serangkaian perubahan perilaku dalam menjalankan kehidupan sehari-hari pun harus kita lakukan,mulai saat ini dan mungkin untuk setahun atau dua tahun ke depan, sesuai dengan situasi dan kondisi perkembangan virus korona, sebab sampai saat ini belum ditemukan obat atau antivirus yang ampuh untuk mencegah dan menyembuhkan pasien postif korona.

Tidak sulit dan bahkan mudah untuk diterapakan, bagaimana kita melakukan perubahan perilaku dan budaya terkait dengan pandemi Covid -19 ini. Kuncinya, kesadaran akan pentingnya menjaga diri dan keluarga dari ancaman potensi penularan virus. Jika kesadaran ini bisa meluas dan budaya hidup sehat juga dapat kita terapkan di setiap keluarga kita, maka pertahanan keluarga terhadap serangan virus makin kuat.

Dengan demikian, ketahanan seluruh warga di Tanah Air otomatis juga akan lebih kuat atas ancaman virus. Karena itu kami anjurkan di sini, mari kita songsong era baru atau kenormalan baru dengan perilaku dan budaya hidup yang baru, yang sesuai dengan protokol kesehatan. Tidak ada yang susah dan tidak ada yang membebani, kenormalan baru sesungguhnya lebih mempertegas agar manusia selalu memperhatikan kebersihan dan kesehatan yang selama ini mungkin kurang mendapat perhatian serius kita.

Baca Juga: