Memasuki hari kedua pameran Seni Rupa Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) menampilkan arsip koleksi era 1960-1970. Memasuki ruangan depan, masyarakat disuguhkan poster-poster kegiatan pentas seni di era itu, sedangkan di bagian tengah terdapat sebuah meja tempat rekaman suara diskusi atau pementasan.
Di bagian tengah ruangan pameran, goretan lukisan para seniman senior DKJ juga ditampilkan, seperti lukisan abstrak dan lukisan jendela. Namun lebih banyak poster lawas yang mempromosikan pertunjukan drama, teater, serta pentas seni lainnya.Pada bagian belakang ruangan, masyarakat dapat melihat meja, kursi lemari, mesin ketik, alat rekaman suara, yang masih aslinya. Barang-barang ini dirawat betul oleh DKJ karena bernilai sejarah.
Di meja kerja lawas DKJ juga terpampang foto Presiden Soeharto bersama Bu Tien, dan beberapa foto dokumentasi kegiatan seni.Koleksi Seni Rupa DKJ juga dapat dilihat sebagai suatu bentuk dokumentasi perjalanansejarah seni rupa Jakarta, selama lebih dari 50 tahun terakhir.
Ada diskursus seni yang diprakarsai dan difasilitasi DKJ hingga berbagai peristiwabersejarah di Taman Ismail Marzuki (TIM).Sebut saja, Pameran Grup 18 (1971) yang menampilkan karya-karya cetak sablon para perupa Bandung. Ini untuk memperkenalkan praktik seni grafis. Ada juga Pameran Seni Lukis Indonesia (1974). Ini kemudian berevolusi menjadi Jakarta Biennale yang masih diselenggarakan dua tahun sekali hingga saat ini.
Pameran Lukisan-lukisan Dunia Minyak (1974) hasil kerja sama DKJ dan Pertamina yang membuka diskusi tentang karya seni pesanan dan mempelopori koleksi korporasi Indonesia.
DKJ dan TIM juga menjadi saksi puluhan pameran tunggal perupaIndonesia. Nama-nama besar pernah berpameran di sini. Mereka adalah Affandi, S Sudjojono, Agus Djaja, DA Peransi,Kusnadi, Zaini, Rusli, Oesman Effendi, dan Nashar.
Kemudian, Srihadi, Popo Iskandar, Umi Dachlan,AD Pirous, dan Jeihan. Ini menggambarkanDKJ dan Galeri Cipta TIM merupakan sebuah ruang bergengsidalam ekosistem seni rupa Indonesia.
Tidak hanya fokus memberikan ruang bagiperupa besar, DKJ juga secara rutin menyelenggarakan pameran koleksi, perupamuda, anak-anak. Ada juga kegiatan ceramah dan diskusi untukmemperkenalkan karya-karya pelukis. Selain itu, pengunjung yang hadir banyak kalangan milenial.
Tak jarang mereka mengabadikan dengan handphone atau sekadar berswafoto dengan latar belakang koleksi pameran.Humas DKJ, Sena, mengatakan antusias masyarakat sangat tinggi pada hari pertama pembukaan galeri untuk publik.
"Antusias masyarakat sangat tinggi melihat pameran. Hal ini karena kerinduan teman-teman atas dunia seni di Jakarta," kata Sena ditemui Koran Jakarta, di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Minggu (19/6).
Sena mengatakan pada pembukaan hari pertama, jumlah pengunjung mencapai 300 orang. Salah seorang pengunjung, Alfred (24), mengaku sengaja datang ke TIM untuk menyaksikan pameran seni rupa. Ia penasaran dengan koleksi yang dipamerkan.
"Saya sengaja datang untuk melihat koleksi pameran seni rupa," ucap Alfred.Dia sangat menyukai barang-barang lama seperti lukisan."Saya memang suka barang-barang 'jadul' yang dipamerkan di sini," ujarnya.