BRUSSELS - Kanselir Jerman, Angela Merkel, pada Minggu (19/7) menyatakan bahwa pertemuan tingkat tinggi (KTT) Uni Eropa (UE) yang membahas paket pemulihan ekonomi bisa berujung kegagalan karena tanpa kesepakatan. Merkel menyatakan hal itu setelah sejumlah pemimpin negara anggota UE mulai berulah dalam perundingan tingkat tinggi yang digelar selama 3 hari di Brussels, Belgia, ini.

Sebelumnya selama dua hari, 27 pemimpin dari negara anggota UE saling berdebat membahas batasan dan aturan bagi paket itu. Pada satu kelompok negara UE yang dikomandoi oleh Belanda, mereka menuntut agar pemberian anggaran yang lebih rendah dan syarat yang ketat dalam pengajuannya.

"Ini merupakan hari yang menentukan dalam KTT yang luar biasa ini, sayangnya masih banyak perbedaan pendapat diantara para pemimpin negara," ucap Merkel. "Saya masih meragukan apakah kesepakatan akan tercapai. Walau ada banyak itikad baik, namun mungkin tak akan ada hasil apapun pada hari ini," imbuh dia.

Merkel bersama Presiden Prancis, Emmanuel Macron, serta tuan rumah KTT ini, Ketua Dewan Eropa, Charles Michel, saat ini tengah mempersiapkan tawaran baru untuk memecahkan kebuntuan setelah Perdana Menteri Belanda, Mark Rutte dan 5 negara sekutunya, menolak kesepakatan paket pemulihan sebelumnya.

Belanda ingin agar negara-negara anggota UE yang meminta anggaran pemulihan yang cukup besar agar memberikan jaminan terlaksananya reformasi buruh dan pasar, sementara negara-negara kaya anggota UE seperti Austria, Finlandia, Denmark dan Swedia, ingin agar paket pinjaman dan subsidi senilai 750 miliar euro, dipangkas hingga 400 miliar euro, namun ini ditentang oleh Macron dan Merkel.

Ke-5 negara ini pun menolak rancangan paket pemulihan yang disodorkan Jerman dan Prancis pada dua negara Eropa yang paling parah dilanda wabah virus korona seperti Spanyol dan Italia.

Menyikapi semua itu, Presiden Macron meminta para pemimpin itu agar turut bertanggung jawab karena jika tidak seluruh Eropa akan menghadapi resesi akibat dari dampak virus korona dan penerapan penutupan wilayah (lockdown), seraya menyatakan bahwa kesepakatan masih bisa diwujudkan.

"Semua kompromi ini tak bisa diterima dan bisa merugikan Eropa. Kita sedang menghadapi krisis kesehatan, ekonomi dan sosial yang tak terduga, oleh karena itu negara-negara kami menuntut agar Uni Eropa bersatu," ucap Macron.

Masih Enggan

Di sisi lain, negara-negara anggota UE yang kurang makmur seperti Hungaria, Polandia dan Slovenia, saat ini masih enggan untuk menyepakati paket pemulihan ekonomi yang dibuat berdasarkan aturan hukum standar Eropa dan tak mau terikat dengan aturan itu karena bisa membebani mereka di kemudian hari.

Paket pemulihan ini merupakan tambahan anggaran dari bujet UE selama 7 tahun yang telah direncanakan dengan jumlah total 1 triliun euro. Setiap penambahan anggaran perlu dirundingkan oleh para pemimpin negara UE karena terkait dengan strategi kebijakan dari masing-masing negara anggota UE.

Sebagai contoh banyak negara-negara anggota mengharapkan adanya aturan alokasi bantuan seperti untuk bidang pertanian di Prancis dan banyak proyek pembangunan di Eropa timur. Namun ada juga negara yang ingin agar anggaran itu dialokasikan bagi upaya memerangi perubahan iklim maupun pengembangan teknologi. AFP/I-1

Baca Juga: