SURABAYA - Guru Besar Ilmu Akuntansi Kelanjutan dan Tata Kelola, Universitas Airlangga (Unair), Iman Harymawan, baru-baru ini mengatakan, profesi akuntan memiliki peran penting dalam menyelamatkan planet Bumi dari bencana yang timbul akibat pemanasan global dan perubahan iklim.
Mengutip dari pernyataan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), Iman menyebutkan bahwa permasalahan kenaikan suhu telah menyebabkan degradasi lingkungan, bencana alam, cuaca ekstrim, ketidakamanan pangan dan air, disrupsi ekonomi, konflik, bahkan terorisme.
"Banyak usaha yang telah dilakukan untuk menyelamatkan keberlanjutan dari planet kita, dan uniknya, bilamana ditelusuri lebih dalam, banyak peranan akutan dan profesinya yang terlibat didalamnya," ujarnya di Surabaya, Selasa (25/7).
Iman yang dalam orasi ilmiah pelantikannya sebagai guru besar mengangkat tema "Akhir Perjalanan Profesi Akuntan: Fiksi atau Realitas??" mencontohkan, peran tersebut dilakukan oleh CEO dari Global Reporting Initiatives, sebuah standard-setter pelaporan keberlanjutan perusahaan yang mengglobal merupakan eks-partner dari kantor akuntan publik, dan juga oleh IFRS foundation, organisasi global yang sebelumnya mengembangkan standar pelaporan keuangan dunia, yang kini mengembangkan International Sustainability Standard Board, yang mengkonsolidasi standar-standar pelaporan keberlanjutan perusahaan yang ada.
"Bukti-bukti ini adalah contoh kongkret dimana akuntan, memiliki andil besar dalam isu keberlanjutan. Hal ini dikarenakan tugas akuntan, dalam konteks keberlanjutan adalah sebagai regulator, dimana dia mengembangkan suatu standar, dan juga sebagai auditor, yang memeriksa dan memastikan prinsip-prinsip keberlanjutan dalam suatu perusahaan sudah berjalan dengan baik," terangnya.
"Peran inilah yang membuat akuntan sebagai 'wadah' atas keahlian-keahlian teknis dari profesi lain dalam mendukung keberlanjutan global," jelas Iman.
Dia mengakui bahwa teknologi mengubah akuntan tetapi menariknya akuntan juga mengubah teknologi. Banyak orang tidak menyadari bahwa akuntan telah menjadi revolusioner sepanjang sejarahnya terutama dalam hal mendorong adopsi dan adaptasi teknologi baru.
"Seiring dengan revolusi industru yang mengubah kecepatan dan kompleksitas bisnis, akuntan menjadi garda terdepan untuk beradaptasi dengan cepat guna memastikan sistem yang ada dapat dipercaya dan berkelanjutan," katanya.
Iman menambahkan, peluang pemimpin masa depan di bidang keberlanjutan berlatar belakang akuntan itu besar dan peluang ini terbuka lebar, terutama di Indonesia. Hal ini dikarenakan literasi keberlanjutan Indonesia dapat dikatakan masih sangat mungkin untuk dikembangkan.
Sebagai contoh, dari daftar perusahaan yang paling berkelanjutan di dunia yang dikembangkan oleh 5 lembaga ESG raters, tidak ada satupun perusahaan Indonesia. 28 dari 143 perusahaan Indonesia yang dinilai risiko ESG nya oleh Sustainanalytics atau 19,6 persen menunjukan memiliki risiko ESG severe. Dari 523 perusahaan yang menerbitkan laporan keberlanjutan, hanya 246 perusahaan atau 47 persen yang memiliki kerangka kerja keberlanjutan yang jelas.
"Gap ini adalah kesempatan emas bagi akuntan untuk memanfaatkannya sebagai peran akuntan kedepannya," tutupnya.