Pemerintah melalui Badan Pangan Nasional (Bapanas) mengatakan pemicu kenaikan harga telur ayam saat ini karena harga jagung pakan bergejolak.

JAKARTA - DPR RI mendesak pemerintah meredam gejolak harga. Kendatipun setiap periode Ramadan kenaikan harga tetap saja terjadi, namun jangan sampai liar.

Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi, mengatakan unsur krusial pembentuk harga telur ayam ras terletak pada harga jagung pakan. Sedari tahun lalu, pihaknya menggelontorkan program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) jagung pakan ke para peternak dengan harga 5.000 rupiah per kilogram (kg), disebabkan kala itu harga jagung pakan berada di kisaran 9.000 rupiah per kg.

"Mengenai harga telur dan ayam hari ini, 50 persen lebih itu karena pakannya dari jagung pipilan kering. Waktu itu harga jagung mendekati 9.000 rupiah per kg, sehingga pemerintah melakukan importasi melalui Perum Bulog sejumlah 250 ribu ton dan disalurkan ke peternak-peternak mandiri kecil sesuai verifikasi data yang diperoleh dari Dirjen PKH Kementan (Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian)," ucap Arief, di Jakarta, Kamis (7/3).

Spekulasi di masyarakat menyebutkan bahwa adanya program bantuan pangan telur mendorong kenaikan harga pangan tersebut.

"Saya jelaskan bantuan pangan dari Bapanas bersama ID FOOD berupa telur dan daging ayam bagi keluarga risiko stunting, belum kita mulai. Padahal harga telur naik hari ini, karena sebulan lalu harga jagung pakan itu 9.000 rupiah per kg," ungkap Arief.

Sebagai kontinuitas implementasi program sejak tahun lalu, bantuan pangan penanganan stunting akan disalurkan kembali kepada 1,4 juta Keluarga Risiko Stunting (KRS) menggunakan basis data KRS dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Paket bantuan berupa daging ayam 1 kg dan telur 10 butir akan diberikan dalam dua tahapan atau selama enam bulan.

"Untuk persiapan bulan Puasa, beberapa waktu lalu, kita telah gelar Rakornas HBKN dengan semua stakeholder se-Indonesia. Kesimpulannya adalah stok pangan kita dalam kondisi aman, khususnya dalam menghadapi Ramadan dan Idul Fitri," pungkas Arief.

Kurangi Impor

Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Anggia Erma Rini, meninjau ketersediaan dan kondisi harga komoditas pangan strategis menjelang Ramadan 1445 Hijriah di Pasar Modern BSD City di Tangerang Selatan, Banten, Kamis (7/3).

Dia menyebut beberapa temuan yang didapat Komisi IV DPR RI dalam kunjungan kerja tersebut di antaranya yaitu naiknya harga-harga komoditas yang menjadi kebutuhan pokok.

Diakuinya, harga kebutuhan pokok jelang Ramadan ini memang mengalami kenaikan lebih awal waktunya jauh sebelum memasuki bulan Puasa, khususnya komoditas beras karena ada pengaruh El Nino. Untuk itu, ia meminta kepastian dari stakeholder terkait agar ketersediaannya tetap ada sampai dengan Lebaran karena pasti kebutuhannya akan meningkat.

"Beberapa waktu yang akan datang, sekitar bulan Maret akan ada panen raya, tetapi apakah panen raya itu mampu menyediakan kebutuhan konsumsi atau tidak itu yang menjadi pertanyaan. Saya agak ragu. Karena ketersediaan lahan yang kita punya juga sudah banyak berkurang. Belum lagi kemarin itu terjadi El Nino. Pasti akan berkurang banyak hasil panennya. Hal ini harus bisa diantisipasi oleh negara. Solusi jangan impor terus, tetapi harus dicari akar masalahnya hingga bisa diperbaiki," ujar Anggia.

Dikatakannya, rekomendasi yang akan disampaikan oleh Komisi IV DPR agenda rapat kerja ke depan adalah mendesak pemerintah memberi solusi yang tepat dalam menangani persoalan yang ada. Sehingga, tidak hanya sekadar meringankan atau menutupi kebutuhan yang sifatnya sesaat saja.

Baca Juga: