BANGKOK - Anggota parlemen Thailand pada hari Jumat (16/8), memilih Paetongtarn Shinawatra sebagai perdana menteri baru negara itu, menjadikannya wanita kedua yang memegang jabatan teratas setelah bibinya Yingluck.
Paetongtarn akan menjadi pemimpin termuda negara itu di usia 37 tahun, dan perdana menteri ketiga dengan nama belakang Shinawatra, setelah ayah dan bibinya yang miliarder, Yingluck Shinawatra.
Partai Pheu Thai yang dipimpinnya telah memperoleh dukungan dari aliansi pemerintah sehari sebelumnya untuk mencalonkannya sebagai pejabat tinggi, menggantikan Srettha Thavisin yang diberhentikan pada hari RAbu karena menunjuk seorang menteri kabinet yang terjerat kasus pidana.
Paetongtarn adalah pendatang baru di dunia politik. Ia membantu menjalankan divisi perhotelan dari kerajaan bisnis keluarga super kaya sebelum terjun ke dunia politik tiga tahun lalu.
Ia hampir selalu hadir di kampanye pemilihan tahun lalu ketika menjadi wajah partai Pheu Thai dan salah satu dari tiga kandidat perdana menteri.
Srettha akhirnya mengambil alih kekuasaan melalui aliansi dengan partai-partai pro-militer yang sebelumnya menentang keras Thaksin dan para pengikutnya.
Waktunya tampaknya menunjukkan adanya gencatan senjata dalam perseteruan yang sudah berlangsung lama karena kedua belah pihak berusaha untuk mengatasi ancaman yang ditimbulkan oleh Partai Move Forward (MFP), yang memenangkan suara rakyat dalam pemilu.
Pada bulan Oktober 2023, anggota Pheu Thai memberikan suara mayoritas kepada Paetongtarn untuk menjadi pemimpin partai dan berjanji akan memulihkan citranya.
Selama pemerintahan Srettha, ia memimpin komite kekuatan lunak nasional untuk mendorong Thailand ke luar negeri.
Dikenal di Thailand dengan nama panggilannya Ung Ing, Paetongtarn adalah anak bungsu Thaksin, seorang polisi yang menjadi taipan telekomunikasi yang memenangkan dua pemilihan umum di awal tahun 2000-an.