JAKARTA - Ketua Harian Asosasi Produsen Biodiesel Indonesia (Aprobi) Paulus Tjakrawan menyebut program biodesel 30 persen sangat berkontribusi menyehatkan neraca perdagangan RI.

Selama tujuh tahun terakhir neraca perdagangan nasional selalu defisit. Pada 2020, defisit karena impor bahan bakar mencapai 6 milliar dollar AS.

Saat itu, pada 2020, dengan program Biodiesel 20 persel bisa menghemat devisa negara sekitar 40 trilliun rupiah atau 2,73 milliar dollar AS. "Tahun ini (2021) dengan B30 kita targetkan bisa hemat hingga 3,8 milliar dollar AS dari impor solar," ungkap Paulus dalam webinar di Jakarta, Rabu (25/8).

Paulus menjelaskan, selama 1970-1980-an, sekitar 80 persen APBN ditopang oleh ekspor minyak dan gas bumi, tetapi sejak 2004, Indonesia menjadi net importir. Pada 2020, lifting minyak nasional hanya 707 ribu barel per hari (bph), sementara konsumsi capai 1,06 juta bph. Artinya, separuh impor telah menguras devisa negara.

Hingga saat ini, kapasitas terasang pabrik biodiesel mencapai 12,3 juta kiloliter (kl). Dengan makin meningkatnya kapasitas produksi biodiesel, jaminan suplai semakin besar pula.

Adapun tahun lalu produksi biodiesel untuk domestik sebesar 8,42 juta KL atau setara 40 juta barel atau sama dengan 70 hari produksi minyak Indonesia.

Baca Juga: