Indonesia diprediksi ikut terdampak dari krisis pangan global disebabkan jumlah penduduknya besar sehingga harus bisa memenuhi kebutuhan pangan sendiri dan tak tergantung impor.

JAKARTA - Indonesia perlu melakukan diversifikasi ke pangan lokal sebagai solusi agar terhindar dari krisis pangan global. Sejumlah komoditas lokal yang bisa menggantikan pangan impor, meliputi jagung, ubi, dan sorgum.

Peneliti pertanian dari Universitas Nusa Cendana, Nusa Tenggara Timur, Leta Rafael Levis, mendesak pemerintah dan masyarakat menggalakkan kembali produksi pangan lokal, seperti jagung, ubi, dan sorgum secara masif. Sebab, tiga komoditas tersebut mampu bertahan dalam kondisi kekurangan air.

Dia mengatakan divesifikasi pertanian tersebut sebagai upaya menjaga ketahanan pangan di tengah ancaman krisis pangan global. Menurut dia, perang pangan akan melanda dunia sebagai dampak perang Russia dan Ukraina yang memicu kenaikan harga pangan dan minyak.

"Di sisi lain, alih fungsi lahan di Indonesia juga menjadi persoalan tersendiri karena dialihkan untuk pembangunan infrastruktur maupun pemukiman penduduk," katanya, seperti dikutip dari Antara, Sabtu (25/6).

Rafael menyebutkan hasil dalam penelitian disertasi yang dilakukannya, alih fungsi lahan mencapai 27 persen lebih sehingga diperkirakan 40 tahun lagi, Indonesia akan kehabisan lahan persawahan. "Kekurangan lahan akan berakibat langsung pada penurunan jumlah produksi pangan khususnya beras," katanya.

Pengajar di Fakultas Pertanian Undana itu menjelaskan selain itu pemanasan global berdampak pada kurangnya pasokan air irigasi ke persawahan yang terjadi secara global. Dalam hitungan para ahli akibat pemanasan global, dalam kurun waktu 10 tahun akan menaikkan suhu sebesar 1 derajat Celsius di malam hari.

Setiap kenaikan suhu 1 derajat tersebut akan berdampak pada anjloknya produksi pangan khususnya padi sebesar 10 persen. "Jadi, kalau sekarang produksi padi 5 ton per hektare maka 10 tahun yang akan datang akan berkurang sebanyak 10 persen menjadi 4,5 ton per hektare," katanya.

Karena itu, pemerintah perlu lebih serius untuk membangun sektor pangan agar kebutuhan dalam negeri tetap aman. Selain itu, sektor ini telah terbukti mampu bertahan dalam situasi pandemi Covid-19 maupun goncangan global lainnya.

Solusi Utama

Sebelumnya, Kepala Badan Penyuluh dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (PPSDM) Pertanian Kementerian Pertanian, Dedi Nursyamsi, mengatakan diversifikasi ke pangan lokal menjadi solusi agar Indonesia terhindar dari krisis pangan global.

"Solusinya adalah kita mesti genjot pangan lokal. Kita harus diversifikasi pangan impor menjadi pangan lokal. Ganti gandum dengan umbi-umbian, dengan singkong, dengan lobak, dan lain sebagainya," kata Dedi.

Dedi menyebutkan harga-harga pangan yang meningkat signifikan pada saat ini merupakan gejala dari krisis pangan yang mulai terjadi. Krisis pangan tersebut diakibatkan oleh kurangnya pasokan pangan di dunia karena perubahan iklim.

Menurut Badan Pangan Dunia (FAO), kata Dedi, Indonesia adalah salah satu negara yang terdampak dari krisis pangan global dikarenakan jumlah penduduknya yang banyak. Karena itu, menurut Dedi, Indonesia harus bisa memenuhi kebutuhan pangannya secara mandiri dan tidak tergantung dengan komoditas pangan impor.

"Umbi-umbian, pangan lokal itu berlimpah sesungguhnya di negara kita. Tapi sayangnya, kenapa orang Indonesia kok sukanya mi yang berasal dari gandum, padahal gandum itu pangan subtropis," kata Dedi.

Baca Juga: