Sebuah studi baru-baru ini yang diterbitkan dalam eClinicalMedicine mengungkapkan, kesepian kronis dapat meningkatkan risiko stroke di antara orang dewasa yang lebih tua. Secara khusus, para peneliti Universitas Harvard menemukan bahwa orang Amerika yang lebih tua yang melaporkan merasa kesepian secara kronis selama empat tahun memiliki kemungkinan 56% lebih besar untuk mengalami stroke dalam 10 hingga 12 tahun ke depan.
Ahli Bedah Umum di AS Vivek Murthy pada tahun 2023 memperingatkan tentang epidemi kesepian dan isolasi yang dihadapi negara ini. Sekitar tiga dari 10 orang dewasa yang lebih tua kadang-kadang merasa kesepian, sementara satu dari dua puluh orang melaporkan sering merasa kesepian, menurut Polling Nasional tentang Penuaan yang Sehat.
Berbagai penelitian telah mengaitkan kesepian dengan memburuknya kesehatan mental dan kardiovaskular pada orang dewasa yang lebih tua, tetapi hanya sedikit penelitian yang secara khusus berfokus pada hubungan antara kesepian dan stroke.
"Temuan kami menunjukkan bahwa individu yang mengalami kesepian kronis berisiko lebih tinggi terkena stroke. Penting untuk secara rutin menilai kesepian, karena konsekuensinya bisa lebih buruk jika tidak teridentifikasi dan/atau diabaikan," kata Yenee Soh, ScD, seorang rekan peneliti di Harvard T.H. Chan School of Public Health yang memimpin penelitian ini, dikutip dari Health, Rabu (17/7).
Para peneliti menggunakan data yang dikumpulkan dari 12.161 peserta yang berusia di atas 50 tahun yang terdaftar dalam Studi Kesehatan dan Pensiun, sebuah penelitian longitudinal yang mensurvei kelompok yang representatif secara nasional yang terdiri dari sekitar 20.000 orang. Antara tahun 2006 dan 2010, para peserta menyelesaikan Skala Kesepian UCLA yang telah direvisi, yang mengukur perasaan kesepian dan isolasi sosial.
"Kesepian umumnya dianggap sebagai pengalaman subjektif, yang tercermin dari kesenjangan antara hubungan yang diinginkan dan yang tersedia. Isolasi sosial, di sisi lain, biasanya mengacu pada kurangnya kontak sosial dengan orang lain," ucap Soh.
Antara tahun 2010 dan 2012, sebanyak 8.936 partisipan yang masih bertahan dalam penelitian ini kembali mengisi penilaian kesepian. Mereka yang mendapat nilai di atas enam pada penilaian tersebut dianggap memiliki tingkat kesepian yang tinggi.
Para peneliti melacak para peserta hingga tahun 2018. Selama waktu itu, 1.237 peserta mengalami stroke, yang terjadi ketika aliran oksigen dan nutrisi ke otak dibatasi. Ketika sampai pada orang-orang yang hanya mengisi satu penilaian, para peneliti menemukan bahwa memiliki tingkat kesepian yang tinggi pada awal dikaitkan dengan risiko stroke 25% lebih tinggi daripada penilaian yang rendah.
"Peningkatan satu unit pada skor kesepian dikaitkan dengan risiko stroke 5% lebih tinggi," ujar Soh.
Dari para peserta yang menyelesaikan dua penilaian kesepian, mereka yang melaporkan tingkat kesepian yang tinggi secara konsisten memiliki peluang 56% lebih tinggi untuk terkena stroke dibandingkan dengan orang dengan tingkat yang rendah secara konsisten. Para peneliti mengontrol ras, jenis kelamin, gejala depresi, faktor sosioekonomi, isolasi sosial, dan faktor kesehatan lainnya.
"Saya pikir ini adalah penelitian yang sangat bagus. Studi ini merupakan kontribusi yang signifikan bagi literatur ilmiah karena melihat kesepian di dua titik waktu yang berbeda," kata Dan Blazer, MD, MPH, seorang psikiater dan profesor emeritus di Duke University, yang tidak terlibat dalam penelitian sekaligus yang mengetuai laporan National Academies of Sciences, Engineering, and Medicine tentang kesepian pada tahun 2020.
"Hasil dari penelitian ini, bahwa orang yang kesepian secara kronis memiliki risiko stroke tertinggi, merupakan "temuan penting," lanjutnya.