JAKARTA - PT Bank Rakyat Indonesia (BRI Group) melalui BRI Agro akan memanfaatkan teknologi bank digital untuk menyasar para pelaku gig economy yang selama ini belum terlayani oleh pelaku industri keuangan. Pelaku gig economy merupakan pasar tenaga kerja yang selama ini identik dengan karyawan kontrak jangka pendek (half-unemployed) atau pekerja lepas (freelancer).

Direktur Utama BRI Agro Kaspar Situmorang dalam pernyataan di Jakarta, Kamis (6/5), mengatakan perseroan fokus pada transformasi bank digital karena besarnya potensi yang dimiliki aktor dalam sistem gig economy.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah pekerja independen atau kontrak pendek di Indonesia pada 2020 mencapai 46 juta orang, atau tumbuh sekitar 27 persen.

"Full time employer berkurang 8,8 persen karena pandemi, dan bertumbuhnya gig economy itu memberikan sumber potensi baru yang belum terlayani oleh bank. Kami dari BRI Agro ingin fokus bagaimana menciptakan digital infrastructures untuk gig economy," katanya.

Untuk itu, BRI Agro yang menjunjung visi untuk menjadi House of Fintech and Home of Gig Economy akan mengandalkan kerja sama dengan sejumlah perusahaan teknologi finansial (tekfin) yang sudah terjalin sejak lama untuk menciptakan produk-produk digital untuk masyarakat.

Dia memastikan, melalui kolaborasi dengan perusahaan tekfin dan rintisan (startup), BRI Agro bisa melayani masyarakat yang bekerja dan beraktivitas di segmen agritech, ride hailing, e-commerce, dan lain-lain, secara lebih optimal.

Kaspar menambahkan integrasi dan kolaborasi antara BRI Agro dengan perusahaan tekfin, yang selama ini menjadi mitra penting, kini sudah dilakukan berdasarkan Application Programming Interface (API).

Baca Juga: