JAKARTA - Seiring berkembangnya bahasan tentang dampak perubahan iklim pada kualitas lingkungan hidup di dunia, keberlanjutan (sustainability) menjadi isu yang semakin ramai dibicarakan dan diterapkan di berbagai aspek. Tidak hanya terkait lingkungan hidup, hal ini juga mencakup employment dan decent work for all, seperti yang tercantum dalam Sustainable Development Goals (SDGs).

Keberlanjutan berkaitan erat dengan misi tiga nol (three zeros), yakni nol emisi (zero emission), nol limbah (zero waste, dan nol ketidaksetaraan (zero inequality). Topik ini juga menjadi isu yang hangat dibicarakan dan menghasilkan beberapa rekomendasi pada KTT G20 di Bali, pekan lalu.

Riset yang dilakukan SAP dan Oxford Economics menemukan pendorong sekaligus tantangan utama penerapan sustainability adalah kepatuhan terhadap mandat regulasi. Riset itu juga menunjukkan bahwa investasi pada data menjadi kunci meningkatkan hasil keberlanjutan.

Sebagai perusahaan penyedia solusi proses bisnis SAP Indonesia, berkomitmen mendukung penerapan program sustainability di Indonesia dalam proses bisnis perusahaan dengan mengedepankan peran data dan digitalisasi.

Managing Director SAP Indonesia Andreas Diantoro, mengungkap hasil penelitian SAP dan Oxford Economics yang menemukan bahwa sekitar 46 persen sektor bisnis di Indonesia telah memiliki rencana sustainability yang matang.

"Tentu ini merupakan hal baik dan kami percaya bahwa angka ini akan terus bertumbuh secara signifikan dengan dibangunnya kemitraan dengan pihak eksternal," ungkap dia dalam acara Media Roundtable: Digitalisasi Sebagai Solusi Untuk Mencapai Sustainability di Jakarta Kamis (24/11).

Lebih jauh, Andreas menjelaskan bagaimana rencana sustainability dapat diterapkan dan dijalankan tanpa celah. Salah satu faktor keberhasilan penerapan rencana sustainability adalah pengelolaan data yang akurat untuk membantu perusahaan mencapai tujuan sustainability-nya.

"Kendalanya ada pada akurasi data yang telah dimiliki masing-masing perusahaan, jika proses pengumpulan data yang dilakukan berjalan dengan lancar maka miskalkulasi data tidak terjadi dan rencana sustainability dapat dijalankan untuk mencapai tujuan dan rencana tersebut," terang Andreas.

Adaro Energy Indonesia, yang merupakan salah satu pelanggan SAP, adalah perusahaan yang bergerak di sektor tambang dan energi. Dalam upaya menerapkan sustainability, Adaro merencanakannya dengan menyusun program-program keberlanjutan dan mengadakan program pengelolaan lingkungan hidup melalui upaya pengurangan dan pengelolaan emisi karbon yang terstruktur dan sistematis.

"Pelaporan kinerja terkait dengan program sustainability yang dilakukan Adaro Energy setiap tahunnya bisa diakses secara publik di laman website Adaro," ujar HSE & Risk Management Division Head Adaro Energy Indonesia, Rusdi Husin.

Ia menjelaskan implementasi program sustainability di Adaro mendapat banyak bantuan dan dukungan dari pihak internal maupun eksternal untuk memastikan program berjalan efektif. "Program-program sustainability yang dilaksanakan Adaro Energy Indonesia akan terus dijalankan, bukan hanya untuk menjalankan kewajiban namun juga untuk terus melestarikan lingkungan hidup dan mendukung SDGs, serta mematuhi elemen-elemen yang tertuang dalam ESG," jelas Rusdi.

Selain itu PT Petrosea Tbk, sebuah perusahaan multi-disiplin jasa pertambangan dan rekayasa & konstruksi dengan jejak langkah lebih dari 50 tahun, juga memercayai layanan SAP dalam menunjang berbagai inisiatif keberlanjutan dengan digitalisasi. "Petrosea telah menggunakan teknologi 4.0 seperti Internet of Things (IoT), data science and analytics serta sensor pintar dalam operasi perusahaan," ungkap Head of Geological System and Technology PT Petrosea Tbk, Alexander Aviantara.

Digitalisasi di Adroa diterapkan pada misalnya untuk predictive maintenance seperti pemeliharaan truk dan alat berat guna meningkatkan umur komponen serta mengatasi konsumsi bahan bakar yang terdeteksi tinggi di atas rerata. Inisiatif ini membantu menekan penggunaan energi serta mencegah wastage.

Baca Juga: