Menteri Luar Negeri Palestina Riyad al-Maliki buka suara terkait invasi Rusia di Ukraina yang masih memanas meski sudah memasuki pekan ketiga. Menurutnya, Palestina berat untuk menentukan sikap soal invasi Rusia tersebut.

"Kami berada di bawah tekanan untuk mengambil sikap terkait apa yang terjadi di Ukraina. Tentu saja, tekanan terus berlanjut terhadap kami dari segala arah, serta semua negara lain untuk mengambil posisi dalam krisis Ukraina," kata Maliki dalam sesi wawancara bersama kantor berita setempat, dikutip dari Anadolu, Kamis (17/3).

Adapun asalan di balik Palestina berat untuk menentukan sikap terkait invasi Rusia di Ukraina. Sebab, Palestina saat ini tak mau terlibat dengan konflik dengan salah satu negara Eropa.

"Kami adalah negara di bawah pendudukan. Kami tak bisa menanggung beban mengambil posisi yang menguntungkan satu pihak dengan mengorbankan pihak lain, dan akibat dari posisi itu terhadap kami," ujar Maliki.

Invasi yang dilancarkan Rusia di Ukraina memancing reaksi beberapa negara di dunia. Adapun negara, seperti Amerika Serikat (AS), Inggris telah menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap Rusia.

Namun, sejauh ini sikap negara-negara Teluk dan Timur Tengah masih minim salah satunya Arab Saudi. Negara Raja Salman tersebut ingin menjaga stabilitas pasar minyak.

Kini, invasi Rusia di Ukraina masih terus berlangsung, bahkan kian memanas. Ini setelah Rusia menyerang area sipil, seperti rumah sakit bersalin dan apartemen. Meski sudah beberapa kali perundingan, namun hasil yang didapatkan masih jauh dari harapan.

Sebagai informasi, Rusia mulai melancarkan invasi di Ukraina sejak 24 Februari lalu. Meski sudah melakukan perundingan sebanyak empat kali, kedua pihak negara belum menemukan jalan keluar untuk mengakhiri konflik tersebut.

Sejauh ini, PBB mencatat terdapat 600 warga sipil dan dua juta warga mengungsi akibat invasi Rusia di Ukraina. Sementara, layanan darurat Ukraina menyebut korban tewas pada pekan pertama invasi mencapai 2.000 jiwa.

Baca Juga: