PARIS - Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (Organisation for Economic Co-operation and Development/OECD), pada Selasa (22/2), melaporkan bahwa kurang dari 10 persen plastik yang digunakan di seluruh dunia didaur ulang. Oleh karena itu, OECD menyerukan perlunya solusi terkoordinasi dan global menjelang pembicaraan yang diharapkan tentang perjanjian internasional tentang masalah ini.

Dalam laporan terbaru OECD terungkap bahwa 460 juta ton plastik digunakan tahun lalu, jumlahnya hampir dua kali lipat sejak 2000. Jumlah sampah plastik meningkat lebih dari dua kali lipat selama waktu itu menjadi 353 juta ton.

"Setelah memperhitungkan kerugian selama daur ulang, hanya sembilan persen sampah plastik yang akhirnya didaur ulang, sementara 19 persen dibakar dan hampir 50 persen dibuang ke tempat pembuangan sampah. Selebihnya 22 persen dibuang di tempat pembuangan sampah yang tidak terkendali, dibakar di lubang terbuka atau bocor ke lingkungan," kata OECD yang berbasis di Paris dalam laporan berjudul Global Plastics Outlook.

Laporan OECD juga menyinggung soal pandemi Covid-19 yang membuat penggunaan plastik turun 2,2 persen pada 2020 dibandingkan tahun sebelumnya. Namun plastik sekali pakai naik dan penggunaan keseluruhan diproyeksikan akan meningkat lagi karena ekonomi pulih.

Plastik menyumbang 3,4 persen dari emisi rumah kaca global pada 2019, 90 persennya dari produksi dan konversi dari bahan bakar fosil, kata laporan OECD itu. SB/AFP/N-3

Baca Juga: