Nebula Bumerang saat ini menjadi objek luar angkasa di jagad raya yang memiliki suhu yang sangat ekstrem. Suhu mencapai minus 273,15 derajat Celsius atau minus 459,67 derajat Fahrenheit.

Nebula Bumerang saat ini menjadi objek luar angkasa di jagad raya yang memiliki suhu yang sangat ekstrem. Suhu mencapai minus 273,15 derajat Celsius atau minus 459,67 derajat Fahrenheit.

Alam semesta dipenuhi yang berbagai benda langit yang memiliki suhu berbeda-beda. Diantaranya memiliki suhu panas dan juga dingin. Sejauh ini diketahui objek terdingin di alam yang diketahui adalah Nebula Bumerang (Boomerang Nebula), yang berada pada jarak 5.000 tahun cahaya dari Bumi dan posisinya di konstelasi Centaurus.

Nebula Bumerang adalah awan refleksi debu dan gas terionisasi sebuah nebula planet muda dengan bintang raksasa merah yang sekarat di pusatnya. Dulunya merupakan sebuah bintang yang mirip dengan Matahari, namun telah melepaskan lapisan luarnya seperti yang diharapkan selama tahap-tahap terakhir kehidupannya.

LamanSpace.commenyebut, Nebula Bumerang kehilangan massanya sekitar 100 kali lebih cepat dibandingkan bintang mati serupa lainnya. Terlebih lagi, objek itu melakukannya dengan kecepatan 100 miliar kali lebih cepat dibandingkan Matahari di Bumi.

Menurut NASA, hal ini sebenarnya mengakibatkan hilangnya hampir satu setengah kali massa Matahari oleh bintang pusatnya selama 1.500 tahun terakhir. Karena gas-gas tersebut dilepaskan begitu cepat dengan kecepatan 164 kilometer per detik, maka banyak energi panas yang hilang.

Hasil dari proses tersebut adalah wilayah luar angkasa yang sangat dingin dan hal ini paling baik diungkapkan dengan merangkum batas terendah skala suhu termodinamika nol mutlak. Pada skala Celsius, suhunya minus 273,15 derajat dan pada skala Fahrenheit minus 459,67 derajat.

Jadi bagaimana perbandingan Nebula Bumerang? Suhu bagian dalamnya adalah minus 458 derajat Fahrenheit atau minus 272 derajat Celsius, yang berarti Nebula Bumerang hanya satu derajat Celsius di atas nol mutlak. Suhu tersebut tiga kali lebih dingin dibandingkan suhu yang tercatat di Dome Fuji, Antartika, pada 2010, yang tercatat pada suhu beku minus 199,8 derajat Fahrenheit atau minus 93,2 derajat Celsius.

Nebula Bumerang sangat dingin bahkan lebih rendah dari suhu gelombang mikro kosmik (CMB) yang tersisa dari Big Bang dengan suhu minus 454,7 derajat Fahrenheit atau minus 270,4 derajat Celsius. Memang benar bahwa cahaya CMB diserap oleh Nebula Bumerang dan hal ini dengan cepat terlihat ketika nebula tersebut pertama kali ditemukan pada 1980.

Dinamakan Nebula Bumerang karena bentuknya mirip dengan senjata berburu suku Aborigin di Australia. Pada 1980, ketika itu astronom Keith Taylor dan Mike Scarrott mulai mempelajari nebula menggunakan teleskop berbasis darat Anglo-Australia di Siding Spring Observatory.

Pada saat itu mereka tidak mengetahui bahwa nebula tersebut akan menjadi tempat terdingin di alam semesta. Bentuk bumerang memastikannya setidaknya memiliki nama alami karena citra Teleskop Luar Angkasa Hubble pada 1998 secara lebih rinci menunjukkan kemiripan yang lebih dekat dengan dasi kupu-kupu atau jam pasir.

Namun sebelum astronom Raghvendra Sahai mengetahui detail ekstra ini, dia sudah bekerja keras, memprediksi keberadaan daerah dingin dalam sebuah makalah yang diterbitkan diAstrophysical Journalpada tahun 1990. Sahai mengatakan bahwa angin dari bintang dapat mengembang dengan cepat saat mengalir keluar, menyebabkan suhu turun drastis, menjadikannya semacam lemari es kosmik.

Oleh karena itu, pada 1995, sebuah tim yang dipimpin oleh Sahai menggunakan Teleskop Submilimeter Swedia-ESO di Cile (yang dinonaktifkan pada tahun 2003). Tim berusaha menguji teori tentang Nebula Bumerang, yang menyebabkan penentuan suhu.

Suhu tersebut kemudian dikonfirmasi oleh para astronom menggunakan teleskop darat Atacama Large Millimeter/submillimeter Array (ALMA) di Cile pada 2013. Tetapi penelitian Sahai yang diterbitkan dalamAstrophysical Journalpada 2017 memberi penjelasan tambahan tentang apa yang mungkin terjadi.

Energi Gravitasi

Penelitian Sahai menemukan bahwa suhu rendah disebabkan oleh pelepasan gas yang amat cepat, namun ia juga berusaha menjelaskan mengapa pelepasan tersebut terjadi begitu cepat. Ia meyakini bahwa itu adalah bintang raksasa merah yang sedang sekarat untuk pertama kalinya.

Menurut Sahai yang bekerja di Jet Propulsion Laboratory (JPL) NASA di Pasadena, California, Amerika Serikat (AS), sebuah bintang kecil pendamping bisa saja jatuh ke dalam raksasa merah.

"Satu-satunya cara untuk mengeluarkan begitu banyak massa dan pada kecepatan ekstrem adalah dari energi gravitasi dua bintang yang berinteraksi yang akan menjelaskan teka-teki sifat aliran ultra dingin," kata dia dalam sebuah pernyataan oleh National Radio Astronomy Observatory.

Fakta bahwa ia mengeluarkan lapisan luarnya dari dua titik kecil juga penting karena udara mengembang dan mendingin lebih cepat melalui lubang kecil. Langkah selanjutnya bagi para ilmuwan adalah menemukan fenomena serupa lainnya yang bahkan lebih dingin lagi.

Sedangkan untuk Nebula Bumerang, bintang pusatnya pada akhirnya akan menjadi katai putih. hay/I-1

Baca Juga: