NATO dan UE memberi tanggapan atas terjadinya pemberontakan di Russia. Mereka menyatakan bahwa pemberontakan oleh pasukan Wagner itu sebagai kesalahan strategi dalam invasi ke Ukraina.

VILNIUS - Pemimpin Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), Jens Stoltenberg, pada Senin (26/6) mengatakan bahwa pemberontakan akhir pekan oleh tentara bayaran di Russia menunjukkan bahwa invasi Presiden Vladimir Putin ke Ukraina adalah sebuah kesalahan besar.

"Kami memantau situasi di Russia. Peristiwa akhir pekan adalah masalah internal Russia, dan satu lagi indikator kesalahan strategi besar yang dilakukan Presiden Putin dengan aneksasi ilegal Krimea dan perang melawan Ukraina," kata Stoltenberg kepada wartawan.

Pernyataan Stoltenberg itu dilontarkan saat ia berkunjung ke Lithuania yang akan menjadi tuan rumah KTT NATO bulan depan. Pernyataan Stoltenberg itu diutarakan beberapa hari setelah kelompok tentara bayaran Wagner membatalkan pemberontakan mereka melawan Kremlin.

Sementara itu Menteri Pertahanan Jerman, Boris Pistorius, yang juga berada di Lithuania pada Senin, mengatakan pemberontakan tersebut menunjukkan bahwa Russia adalah negara yang tidak stabil dan tidak dapat diprediksi.

Setelah bos Wagner, Yevgeny Prigozhin, membatalkan gerak maju pasukannya pada Sabtu (24/6) lalu, Moskwa mengatakan Prigozhin akan meninggalkan Russia menuju Belarus dan tidak akan menghadapi tuntutan.

"Kami juga memantau situasi di Belarus setelah Russia mengirim amunisi nuklir ke sana awal bulan ini," ucap Stoltenberg. "Kami pun mengutuk pengumuman Russia tentang penyebaran senjata nuklir. Ini sembrono dan tidak bertanggung jawab. Kami memang tidak melihat adanya indikasi bahwa Russia bersiap untuk menggunakan senjata nuklir, tetapi NATO tetap waspada," imbuh dia.

Sedangkan Presiden Lithuania, Gitanas Nauseda, yang juga hadir pada konferensi pers di Vilnius bersama Stoltenberg, juga mengamini pernyataan Menhan Pistorius. "Peristiwa akhir pekan lalu di Russia menunjukkan ketidakstabilan rezim Kremlin. Tantangan serupa atau bahkan lebih besar dapat terjadi di masa depan," ucap dia seraya mengatakan bahwa pemberontakan Wagner dapat mempengaruhi keamanan kawasan.

Keretakan

Sementara itu seorang diplomat utama Uni Eropa (UE) pada Senin mengatakan bahwa pemberontakan Wagner yang dibatalkan, menunjukkan perang Moskwa di Ukraina telah memecah belah kekuatan di Russia.

"Apa yang terjadi selama akhir pekan ini menunjukkan bahwa perang melawan Ukraina menghancurkan kekuatan Russia dan mempengaruhi sistem politiknya," kata kepala kebijakan luar negeri UE, Josep Borrell, dalam pertemuan para menteri luar negeri UE di Luxembourg, seraya mewanti-wanti potensi risiko ketidakstabilan di negara yang memiliki senjata nuklir itu.

"Kami tentu mengikuti dengan cermat apa yang terjadi, tetapi sekarang saatnya untuk terus mendukung Ukraina lebih dari sebelumnya, itulah yang akan kami lakukan," kata Borrell.

Borrell pun memperingatkan bahwa tentu bukan hal yang baik untuk melihat bahwa kekuatan nuklir seperti Russia dapat memasuki fase ketidakstabilan. Itu juga sesuatu yang harus diperhitungkan.AFP/I-1

Baca Juga: