NASA bermitra dengan perusahaan robotika seperti Apptronik yang berbasis di Austin, Texas, untuk mempelajari bagaimana robot humanoid yang dikembangkan untuk tujuan terestrial dapat bermanfaat bagi robot humanoid masa depan yang ditakdirkan untuk ruang angkasa.

Apptronik sedang mengembangkan Apollo, robot humanoid yang tugas-tugasnya di bumi termasuk bekerja di gudang dan pabrik dengan memindahkan paket, menumpuk palet, dan tugas-tugas lain yang berorientasi pada rantai pasokan. Perusahaan ini berencana untuk mulai menyediakan robot humanoid kepada perusahaan pada awal 2025.

Dengan tinggi 6 kaki 2 inci (188 sentimeter) dan berat 300 pon (136 kilogram), robot humanoid NASA, Valkyrie, adalah sosok yang mengesankan. Valkyrie, yang dinamai berdasarkan tokoh perempuan dalam mitologi Norse dan sedang diuji coba di Johnson Space Center di Houston, Texas, dirancang untuk beroperasi di "lingkungan yang terdegradasi atau rusak akibat ulah manusia," seperti daerah yang dilanda bencana alam, demikian menurut NASA. Tapi robot seperti dia juga bisa beroperasi di luar angkasa suatu hari nanti.

Robot humanoid menyerupai manusia, biasanya memiliki badan, kepala, dua lengan dan dua kaki. Para insinyur percaya bahwa dengan perangkat lunak yang tepat, robot humanoid pada akhirnya akan dapat berfungsi seperti manusia dan menggunakan alat dan perlengkapan yang sama.

Ketua Tim Robotika Cekatan NASA, Shaun Azimi mengatakan bahwa robot humanoid di ruang angkasa berpotensi menangani tugas-tugas berisiko seperti membersihkan panel surya atau memeriksa peralatan yang tidak berfungsi di luar pesawat ruang angkasa sehingga para astronot dapat memprioritaskan eksplorasi dan penemuan.

"Kami tidak mencoba untuk menggantikan kru manusia, kami hanya mencoba untuk mengambil pekerjaan yang membosankan, kotor, dan berbahaya dari piring mereka agar mereka dapat fokus pada kegiatan yang lebih tinggi," kata Azimi, dikutip dari Reuters, Kamis (28/12).

Chief Technology Officer Apptronik, Nick Paine, mengatakan bahwa Apollo memiliki keunggulan yang jelas dibandingkan dengan robot humanoid lainnya, terutama dalam hal daya tahan.

"Kami menargetkan agar sistem ini dapat online selama 22 jam sehari. Ini memiliki baterai yang dapat ditukar, sehingga Anda dapat bekerja selama empat jam, menukar baterainya dan kemudian melanjutkannya dalam durasi yang sangat cepat," ucapnya.

Sementara itu, CEO Apptronik, Jeff Cardenas mengatakan bahwa langit adalah batasnya karena perangkat lunak dan pengembangan baru akan meningkatkan kemampuan Apollo.

"Pendekatannya adalah kami mulai dari gudang dan di lantai produksi, tetapi kemudian bisa bergerak ke ritelmke pengiriman dan lebih banyak lagi ke dalam apa yang kami sebut sebagai ruang yang tidak terstruktur," ujar Cardenas.

Azimi menilai, di tahun-tahun mendatang, "ruang tak terstruktur" tersebut bisa jadi termasuk ruang angkasa. Menurut dia, robot seperti Apollo dirancang dengan mempertimbangkan modularitas agar dapat beradaptasi dengan banyak aplikasi.

"Dan di situlah NASA benar-benar mencoba untuk mendapatkan wawasan tersebut untuk melihat apa saja celah utama, di mana kita perlu berinvestasi di masa depan untuk membawa sistem terestrial ke dalam lingkungan luar angkasa dan disertifikasi untuk beroperasi di luar angkasa," pungkasnya.

Baca Juga: