Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika (NASA) mengumumkan sebuah misi yang melibatkan bulan raksasa Saturnus, Titan, yang akan diluncurkan pada tahun 2027.
Misi yang diberi nama Dragonfly itu disebut NASA akan memulai perjalanan penemuan yang dapat membawa pemahaman baru tentang perkembangan kehidupan di alam semesta. Dalam pernyataan resmi agensi pada Sabtu (18/3), NASA menuturkan Dragonfly akan membawa instrumen yang disebut Dragonfly Mass Spectrometer (DraMS), yang dirancang untuk membantu para ilmuwan mempelajari susunan kimia di Titan. Dengan mempelajari kimia di Titan, para ilmuwan nantinya dapat mempelajari proses kimiawi yang terjadi di Bumi. Khususnya, "kimia prebiotik" atau "prebiotic chemistry", yang disebut NASA mengarah pada pembentukan kehidupan.
Melansir analisa "Prebiotic Chemistry: What We Know, What We Don't" yang dipublikasi dalam BMC Journal,prebiotic chemistry dapat dipahami dalam berbagai hal, yakni aktivitas kimia yang terjadi sebelum kehidupan dimulai atau kimia yang menyebabkan kehidupan di Bumi, dan mungkin di planet lain. Pekerja di lapangan secara praktis mendefinisikannya sebagai kimia yang terjadi secara alami, terutama organik, di planet atau lingkungan tata surya lainnya, yang mungkin berkontribusi pada asal usul kehidupan di Bumi, atau di tempat lain.
Dengan kata lain, misi Dragonfly secara tidak langsung berupaya mencari tahu bagaimana kehidupan di Bumi di mulai, mengingat hal ini masih menjadi masalah ilmiah yang pelik. Meski, sejumlah besar penelitian telah memberikan rincian yang meyakinkan tentang bagaimana Bumi terbentuk dan apakah itu mungkin menjadi fenomena universal, asal usul kehidupan tetap tidak dapat dijelaskan terlepas dari banyaknya penelitian selama beberapa dekade terakhir.
Titan sendiri dipilih NASA karena bulan terbesar itu dilaporkan karbon kompleks dan keberadaan air cair di masa lalu. Dua kondisi inilah yang membuat permukaan Titan menjadikan tujuan ideal untuk mempelajari proses kimia prebiotik dan potensi kelayakhunian lingkungan ekstraterestrial. DraMS sendiri akan memungkinkan para ilmuwan kembali ke Bumi untuk mempelajari susunan kimia permukaan Titan dari jarak jauh.
"Kami ingin tahu apakah jenis bahan kimia yang penting untuk sistem pra-biokimia awal di Bumi terjadi di Titan," jelas Melissa Trainer, seorang ilmuwan planet dan ahli astrobiologi yang berspesialisasi dalam Titan, sekaligus salah satu wakil peneliti utama untuk misi Dragonfly.
Dijadwalkan untuk diluncurkan pada tahun 2027 dan tiba pada tahun 2034, Dragonfly akan menjelajahi berbagai lingkungan Titan untuk mengambil sampel selama misi dasar yang berdurasi 2,7 tahun. Titan sendiri lebih besar dari planet Merkurius dan merupakan bulan terbesar kedua di tata surya kita. Ia memiliki lautan air cair di bawah permukaan, danau metana dan sungai di permukaan, bahkan awan dan hujan metana. Saat mengorbit Saturnus, Titan berjarak sekitar 1,4 miliar kilometer dari Matahari, sekitar 10 kali lebih jauh dari Bumi. Karena jaraknya yang sangat jauh dari Matahari, suhu permukaannya sekitar minus 179 Celcius.
Sebagai informasi, Dragonfly sendiri adalah misi keempat dalam program New Frontiers NASA, yang dirancang untuk menyelesaikan penyelidikan sains planet yang terfokus dan menggunakan pendekatan manajemen yang inovatif juga efisien. Tujuan utama program itu adalah untuk menjawab pertanyaan sains yang unik dalam eksplorasi tata surya. Adapun strategi New Frontiers mencakup penjelajahan tata surya dengan misi pesawat ruang angkasa kelas menengah, yang bertugas melakukan investigasi sains tingkat tinggi demi menambah pemahaman manusia tentang tata surya.