Misi Investigasi Sumber Debu Mineral Permukaan Bumi atau Earth Surface Mineral Dust Source Investigation (EMIT) NASA berhasil mendeteksi gumpalan gas metana, jenis gas rumah kaca yang diyakini lebih kuat dari karbon dioksida.

Dibangun untuk membantu para ilmuwan memahami bagaimana debu mempengaruhi iklim, EMIT telah memetakan komposisi kimia debu di seluruh wilayah gurun Bumi sejak dipasang di bagian luar Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) pada Juli. Pekan ini, ilmuwan NASA mengumumkan EMIT telah mengidentifikasi lebih dari 50 tempat di seluruh dunia yang memancarkan tingkat metana yang besar yang dijuluki sebagai "Super-Emitters". Lebih tepatnya, "Super-Emitters" didefinisikan nasa sebagai fasilitas, peralatan, dan infrastruktur lainnya, biasanya di sektor bahan bakar fosil, limbah, atau pertanian, yang mengeluarkan metana dengan laju tinggi. Penemuan ini digadang-gadang akan membantu memerangi efek gas rumah kaca yang kuat.

"Mengendalikan emisi metana adalah kunci untuk membatasi pemanasan global. Perkembangan baru yang menarik ini tidak hanya akan membantu para peneliti menentukan dengan lebih baik dari mana kebocoran metana berasal, tetapi juga memberikan wawasan tentang bagaimana mereka dapat diatasi dengan cepat," ujar Administrator NASA, Bill Nelson dalam pernyataan seperti dikutip Jumat (28/10).

Dibandingkan dengan karbon dioksida, metana diperkirakan 80 kali lebih efektif dalam memerangkap panas di atmosfer dalam jangka waktu 20 tahun. Apabila karbon dioksida bertahan selama berabad-abad, metana bertahan selama sekitar satu dekade. Metana juga bertanggung jawab atas sekitar 30 persen kenaikan suhu global hingga saat ini. Mengidentifikasi sumber titik metana berarti dapat memperlambat pemanasan global yang kini menghantui Bumi. Karena itu, mendeteksi menata merupakan prestasi bagi EMIT. Ilmuwan menuturkan metana terdeteksi karena dia menyerap cahaya inframerah dalam pola unik yang dapat dilihat oleh spektrometer pencitraan EMIT dengan akurasi dan presisi tinggi.

"EMIT terbukti menjadi alat penting dalam kotak peralatan kami untuk mengukur gas rumah kaca yang kuat ini, dan menghentikannya di sumbernya," kata peneliti utama EMIT Robert Green, dari Jet Propulsion Laboratory (JPL) NASA.

Adapun salah satu "Super-Emitters" metana ditemukan setidaknya berjarak 4,8 kilometer di atas tempat pembuangan sampah di Iran, yang memompa sekitar 8.500 kilogram metana ke udara setiap jam. EMIT juga mendeteksi 12 "Super-Emitters" di Turkmenistan yang terkait dengan infrastruktur minyak dan gas. Beberapa dari gumpalan tersebut memiliki panjang hingga 32 km dan bersama-sama mereka menambahkan sekitar 50.400 kilogram metana ke atmosfer Bumi per jam. ?NASA juga mendeteksi gumpalan metana sepanjang 3,3 kilometer di tenggara Carlsbad, New Mexico, di Permian Basin, salah satu ladang minyak terbesar di dunia.

"Kami sangat senang dengan potensi EMIT untuk mengurangi emisi dari aktivitas manusia dengan menunjukkan dengan tepat sumber emisi ini," kata teknolog penelitian di JPL, Andrew Thorpe.

Mengutip laman resmi NASA, EMIT adalah spektrometer pencitraan yang dirancang untuk mengidentifikasi sidik jari kimia dari berbagai mineral di permukaan bumi. Dikembangkan di Laboratorium Propulsi Jet NASA, yang dikelola untuk agensi oleh Caltech di Pasadena, California, EMIT diluncurkan di atas pesawat ruang angkasa pemasok SpaceX Dragon dari Kennedy Space Center NASA di Florida pada 14 Juli 2022. Data instrumen yang diperoleh EMIT kemudian akan dikirim ke NASA Land Processes Distributed Active Archive Center (DAAC) untuk digunakan oleh peneliti lain dan publik.

Baca Juga: