Insinyur Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika (NASA) sedang mengajarkan sebuah mesin untuk menggunakan sebuah fitur di cakrawala Bulan untuk bernavigasi melintasi permukaan Bulan.

Sama seperti bagaimana destinasi terkenal dapat memberikan petunjuk arah kepada para pelancong ketika smartphone mereka kehilangan sinyal GPS, NASA saat ini bekerja sama dengan industri dan lembaga internasional lainnya untuk mengembangkan arsitektur komunikasi dan navigasi untuk Bulan yang disebut LunaNet.

Insinyur riset di Pusat Penerbangan Luar Angkasa Goddard NASA, Alvin Yew LunaNet akan membawa kemampuan "mirip internet" ke Bulan, termasuk layanan lokasi Geotagging atau teknologi yang mampu memberikan informasi geografis atau lokasi ke berbagai media dalam bentuk metadata. Hal ini menjadi krusial mengingat penting bagi penjelajah untuk mengetahui dengan tepat di mana mereka berada saat menjelajahi lanskap Bulan.

"Melengkapi perangkat onboard dengan peta lokal akan mendukung misi apa pun, baik robot maupun manusia," ujar Yew, dalam pernyataan resminya seperti dikutip Koran Jakarta pada Senin (19/12).

Terlebih, penjelajah di beberapa wilayah di permukaan Bulan juga memerlukan solusi yang berasal dari berbagai sumber untuk memastikan keselamatan jika sinyal komunikasi tidak tersedia. Atas dasar itu, Yew menuturkan pentingnya memiliki sistem cadangan yang dapat diandalkan dalam misi eksplorasi yang melibatkan manusia.

"Motivasi saya adalah untuk mengaktifkan eksplorasi kawah bulan, di mana seluruh cakrawala akan menjadi tepi kawah," kata Yew.

Melansir laman resmi NASA, Yew memulai risetnya dengan memanfaatkan data dari Lunar Reconnaissance Orbiter NASA, khususnya Lunar Orbiter Laser Altimeter (LOLA). LOLA digunakan untuk mengukur kemiringan, kekasaran permukaan Bulan, dan menghasilkan peta topografi Bulan beresolusi tinggi. Yew sedang melatih kecerdasan buatan (AI) untuk membuat ulang fitur di cakrawala Bulan seperti yang akan terlihat oleh seorang penjelajah di permukaan Bulan.

Panorama digital tersebut nantinya akan memberikan identifikasi lokasi yang akurat untuk setiap wilayah tertentu, dengan mengkorelasikan bongkahan batu dan pegunungan yang diketahui dengan yang terlihat dalam gambar yang diambil oleh rover penjelajah atau astronot.

"Secara konseptual, ini seperti pergi ke luar dan mencoba mencari tahu di mana Anda berada dengan mengamati cakrawala dan landmark di sekitarnya," kata Yew.

Menurut karya yang diterbitkan oleh peneliti Goddard Erwan Mazarico, seorang penjelajah bulan dapat melihat paling banyak hingga sekitar 300 kilometer dari setiap lokasi yang tidak terhalang di Bulan. Bahkan di Bumi, teknologi lokasi Yew dapat membantu penjelajah di medan di mana sinyal GPS terhalang atau terganggu.

Sistem geolokasi Yew akan memanfaatkan kemampuan Goddard Image Analysis and Navigation Tool (GIANT) yang dikembangkan insinyur Goddard Andrew Liounis. Berbeda dengan alat jangkauan radar yang memancarkan sinyal radio pada target untuk menganalisis sinyal, GIANT dengan cepat dan akurat menganalisis gambar untuk mengukur jarak ke maupun antara landmark Bulan yang terlihat.

Menggabungkan interpretasi AI dari panorama visual dengan model medan permukaan Bulan atau planet lain dapat menghadirkan alat navigasi yang kuat untuk misi penjelajah di masa depan.

"Meskipun memperkirakan lokasi secara kasar mungkin mudah bagi seseorang, kami ingin menunjukkan akurasi di lapangan hingga kurang dari 30 kaki [9 meter]. Keakuratan ini membuka pintu ke berbagai konsep misi untuk eksplorasi di masa depan," ujar Yew.

Baca Juga: