YANGON - Mya Thwate Thwate Khaing, pengunjuk rasa yang kepalanya tertembak peluru pasukan keamanan Myanmar, meninggal dunia pada Jumat dalam perawatan intensif di sebuah rumah sakit di Ibu Kota Naypyidaw. Ini adalah kekejaman militer Myanmar setelah kudeta.

Ia sempat menjalani perawatan dengan dukungan alat penunjang hidup selama 10 hari sejak ditembak polisi, yang menindak para pengunjuk rasa damai yang menentang kudeta militer Myanmar. Kakak laki-lakinya, Ye Htut Aung, memastikan bahwa Mya Thwate Thwate Khaingmengembuskan napas terakhir sekitar pukul 11.00 waktu setempat.

"Saya merasa sangat sedih dan tidak bisa mengatakan apa-apa. Saya berterima kasih kepada semua orang yang telah mendoakannya," kata Ye Htut Aung.

Sebagai korban pertama dalam protes terbesar di Myanmar selama lebih dari satu decade. Kematian Mya Thwate Thwate Khaing telah memicu kemarahan di seluruh negeri dan meningkatkan gejolak atas penggulingan pemerintahan sipil pada 1 Februari lalu.

"Saya merasa sangat sedih mengenang dia. Saya makin bertekad untuk turun ke jalan," kata Nay Lin Htet (24), seorang pengunjuk rasa di kota pusat perdagangan, Yangon. "Saya merasa bangga padanya dan saya akan turun ke jalan sampai kita mencapai tujuan kita, demi dia. Saya tidak peduli dengan keamanan saya," katanya.

Baca Juga: