YANGON - Otoritas di Myanmar hingga Selasa (19/12) diwartakan masih bungkam terkait keberadaan dua jurnalis Reuters setelah sepekan mereka telah ditahan. Sebelumnya jurnalis bernama Wa Lone, 31 tahun, and Kyaw Soe Oo, 27 tahun, ditangkap pada Selasa (12/12) malam karena pelanggaran undang-undang kerahasiaan negara setelah mereka diundang untuk perjamuan makan malam dengan para pejabat kepolisian di pinggiran Kota Yangon.

"Kami beserta keluarga jurnalis terus dihalangi untuk menemui mereka serta mendapatkan informasi soal kesehatan dan keberadaan mereka," kata presiden dan pemimpin redaksi Reuters, Stephen J Adler. "Wa Lone dan Kyaw Soe Oo adalah jurnalis andal dan penting dalam pengungkapan berita yang menarik minat global dan mereka tak bersalah atas dakwaan apapun," imbuh Adler.

Sementara itu juru bicara pemerintah Myanmar, mengatakan bahwa Presiden Htin Kyaw yang jadi sekutu dekat pemimpin de facto Aung San Suu Kyi, pada Minggu (17/12) telah mengeluarkan persetujuan agar polisi terus menindaklanjuti kasus pelanggaran yang dilakukan jurnalis Reuters itu.

Persetujuan ini dibutuhkan agar kasus ini bisa diajukan ke pengadilan dan jika dua jurnalis ini dinyatakan bersalah, maka mereka akan diganjar hukuman maksimal 14 tahun penjara.

Wa Lone dan Kyaw Soe Oo adalah jurnalis yang meliput situasi konflik di Negara bagian Rakhine, Myanmar. Diperkirakan 655 ribu warga Muslim Rohingya kabur dari negara bagian ini setelah militer Myanmar melakukan operasi penumpasan gerombolan militan di Rakhine pada 25 Agustus lalu.

Sejumlah negara seperti Amerika Serikat, Kanada, Inggris, bahkan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, Antonio Guterres, serta sejumlah lembaga swadaya masyarakat bidang jurnalisme dan hak asasi manusia (HAM), mengecam penahanan jurnalis Reuters ini dan menuntut agar Wa Lone dan Kyaw Soe Oo segera dibebaskan.

Kuburan Massal

Pada bagian lain, pihak militer Myanmar menyatakan akan melakukan penyelidikan terkat temuan kuburan massal di sebuah desa di Negara Bagian Rakhine. Kuburan massal ini ditemukan pada Senin (18/12) oleh pasukan keamanan.

"Militer menemukan sejumlah jasad tak dikenal di pekuburan di Desa Inn Din, sekitar 50 kilometer di utara Sittwe, ibu kota Provinsi Rakhine," demikian posting panglima militer Myanmar, Jenderal Min Aung Hlaing, di akun laman media sosial. Sayangnya dalam laporan itu, tak dirinci berapa jumlah jasad yang ditemukan. "Investigasi ini dilakukan untuk mendapatkan kebenaran," imbuh jenderal itu.

Menurut investigasi awal yang diterima militer dari seorang saksi yang tak mau jati dirinya, memang telah terjadi pembantaian dan jasad korban dikuburkan di sana.

Desa Inn Din berada dalam lingkup Kota Maungdaw, salah satu area terkena dampak terburuk kekerasan. Pejabat HAM Perserikatan Bangsa-Bangsa menuding pasukan militer Myanmar melakukan aksi genosida, pemerkosaan massal dan pembakaran pemukiman milik warga Rohingya di kota tersebut.

Karena tak berbuat apa-apa dan gagal melindungi warga Rohingya, pemimpin Myanmar sekaligus peraih anugerah Nobel Perdamaian, Aung San Suu Kyi, mendapat cercaan secara internasional.Rtr/I-1

Baca Juga: