KUALA LUMPUR - Myanmar bisa tak dilibatkan dalam pertemuan tingkat tinggi (KTT) Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (Association of Southeast Asian Nations/Asean) berikutnya, jika junta yang berkuasa tak mau bekerja sama dengan utusan khusus Asean yang ditugaskan membantu mengatasi krisis pascakudeta di negara itu.

Hal itu dilontarkan oleh Menteri Luar Negeri Malaysia, Saifuddin Abdullah, melalui cuitan di media sosial pada Senin (4/10) lalu, usai mengikuti pertemuan virtual antar menlu Asean yang juga turut diikuti oleh utusan dari Myanmar.

"Pada pertemuan menlu Asean, saya menyatakan bahwa kami kecewa karena otoritas Myanmar tidak mau bekerja sama dengan Utusan Khusus Asean untuk Myanmar (Erywan Yusof)," cuit Menlu Saifuddin. "Jika tidak ada kemajuan, akan sulit untuk melibatkan pemimpin junta Myanmar (Min Aung Hlaing) di KTT Asean," imbuh Menlu Saifuddin, mengacu pada KTT Asean yang akan dilaksanakan pada 26 hingga 28 Oktober mendatang.

Pernyataan Menlu Malaysia itu dilontarkan setelah ada laporan pada pekan lalu bahwa junta di Myanmar telah menolak permintaan utusan khusus Asean untuk bertemu dengan pemimpin sipil Myanmar yang terguling, Aung San Suu Kyi.

Juru bicara junta dalam tanggapannya menyatakan bahwa permintaan pertemuan antara Utusan Asean dengan Suu Kyi tak dimungkinkan karena mantan pemimpin sipil Myanmar itu saat ini sedang menghadapi persidangan.

Pernyataan senada juga diutarakan oleh Menlu Indonesia, Retno LP Marsudi. "Junta tidak memberikan tanggapan positif dari apa yang telah diupayakan oleh Utusan Khusus (Asean). Asean tidak boleh bersikapbusiness as usualdalam mencermati perkembangan ini," kata Menlu Retno.

Tanggapan Pengamat

Menyikapi komentar dari Menlu Malaysia yang menyatakan bahwa Myanmar bisa tak dilibatkan dalam KTT Asean, seorang anggota legislatif Malaysia bernama Charles Santiago mengatakan bahwa Asean tegas jika junta di Myanmar terus menyepelekan Asean.

"Bisa saja Asean melarang pejabat junta ikut serta dalam pertemuan dan mencekal para jenderal untuk bepergian ke kawasan Asean," ucap Santiago. "Pertemuan KTT Asean merupakan kesempatan untuk menerapkan langkah pencekalan tersebut," imbuh dia.

Tanggapan yang berbeda disampaikan oleh analis kawasan dari Institute of International Affairs di Singapura, Oh Ei Sun. Menurut Oh, Asean jangan sampai mencekal Myanmar apalagi tak mengundang untuk datang ke KTT Asean.

"(Pencekalan) hanya bisa terjadi jika ada konsensus dan itu akan sulit karena Thailand dan Kamboja apa masalahnya jika Myanmar menghadiri KTT Asean," pungkas Oh.AFP/BenarNews/I-1

Baca Juga: