KENDARI - Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Museum dan Taman Budaya Provinsi Sulawesi Tengara (Sultra) di bawah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan setempat mencatat hingga tahun 2024 memiliki sekitar 7.000 koleksi benda bersejarah.

"Jumlah koleksi sebanyak itu tidak semua dipajang dalam gedung, karena terbatasnya ruang dan tempat. Sehingga, hanya ada sekitar 700-an atau 10 persen yang di pajang dalam ruang koleksi," kata Kepala UPTD Museum dan Taman Budaya SultraLaudin di Kendari, Kamis.

Ia mengatakan koleksi benda-benda bersejarah itu di tempatkan dalam 10 ruang koleksi, meliputi ruang satu Beologika yang menyimpan benda-benda bebatuan dan replika tambang nikel, aspal dan pasir kuarsa, ruang dua Biologika menyimpan koleksi, seperti anoa (hewan khas Sulawesi) yang diawetkan, udang/lobster (udang pasir), kura-kura dan molusca.

Kemudian, di ruang tiga merupakan ruang koleksi Etnografi, yang menyimpan berbagai koleksi, di antaranya kalosara, membesara (upacara adat), pakaian kulit kayu yang berasal dari Kendari, alat dan hasil tenunan Sultra, peralatan rumah tangga, peralatan pertanian dan berburu.

Pada ruang empat, koleksi Arkeologi, yang menyimpan berbagai koleksi, di antaranya replika fosil yang ditemukan di daerah Jawa, batu (peralatan manusia purba), pakaian kulit kayu, gerabah dan sebagainya. Ruang lima, koleksi Historika, foto-foto kesultanan kerajaan Buton, foto-foto pejuang Indonesia, dan foto-foto gubernur dan wakil gubernur.

Di ruang enam, koleksi Numismatik, menyimpan koleksi mata uang, yang dipajang, di antaranya mata uang kerajaan Gowa, Buton dan Majapahit, di ruang tujuh terdapat ruang Filologika, yakni koleksi, naskah lontar, bilangari, tasbih, Al Quran tulisan tangan, naskah amarana, dan tongkat khatib.

Sementara di ruang delapan merupakan ruang keramik, koleksi keramik-keramik peninggalan Dinasti Cing, Dinasti Ming, Dinasti China, Dinasti Yuang, dan Dinasti Hua, koleksi tertua di museum ini adalah keramik China dari Dinasti Sung pada abad XII.

Di ruang sembilan terdapat ruang koleksi kesenian tradisional, di antaranya gambus, gong dan suling serta di ruang sepuluh koleksi Teknologika yang menyimpan koleksi, seperti pandai besi, mesin pencetak surat kabar, teodolit, mesin telegram, alat penumbuk padi, dan alat pengolahan sagu dan benda-benda bersejarah lainnya.

Laudinberharap dengan keberadaan benda-benda bersejarah yang tersimpan dalam ruang koleksi itu hendaknya menjadi perhatian dari semua pihak, terutama kalangan eksekutif dan legislatif untuk penyediaan anggaran khusus dalam perawatan, sehingga selalu terjaga dan terawat.

Sementara itu, salah seorang pelajar Madrasah di KendariNajla yang berkunjung mengakusangat senang bisa berkunjung di Museum Provinsi Sultra untuk lebih mengenal budaya, sejarah, dan peninggalan-peninggalan yang ada di Sulawesi Tenggara.

"Selain untuk menambah wawasan, berkunjung di museum ini juga salah satu bentukrefreshing kami sebagai santri," sebutnya. Ant

Baca Juga: