“Bersamaan dengan proses evakuasi dan identifikasi yang terus diupayakan, sejak Senin, 2 Oktober 2023, proses klasifikasi telah dimulai. Kami menargetkan proses klasifikasi tingkat kerusakan atas setiap koleksi terdampak dapat rampung paling cepat bulan ini."

JAKARTA - Museum Nasional Indonesia (MNI) saat ini memulai proses klasifikasi tingkat kerusakan koleksi dan benda bersejarah yang terdampak kebakaran pada Sabtu (16/9). Adapun koleksi yang telah dievakuasi dan diidentifikasi sebanyak 589 koleksi dari 817 koleksi yang terdampak musibah kebakaran.

"Bersamaan dengan proses evakuasi dan identifikasi yang terus diupayakan, sejak Senin, 2 Oktober 2023, proses klasifikasi telah dimulai. Kami menargetkan proses klasifikasi tingkat kerusakan atas setiap koleksi terdampak dapat rampung paling cepat bulan ini," ujar Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala Badan Layanan Umum Museum dan Cagar Budaya, Ahmad Mahendra, dalam keterangannya, Selasa (10/10).

Ahmad Mahendra menjelaskan, tim berhasil mengidentifikasi 589 artefak dalam waktu dua minggu meskipun pekerjaan tersebut sangatlah kompleks dan perlu kehati-hatian.

Saat ini proses evakuasi dan identifikasi terus berlanjut di ruang koleksi keramik, terakota dan peradaban.

Mahendra menambahkan, dalam prosesnya pihaknya juga dibantu tenaga ahli dari Tim Balai Konservasi Borodubur dan Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah VIII Provinsi Banten dan DKI Jakarta. Hal tersebut untuk menyisir koleksi-koleksi yang terdampak, khususnya yang tertimpa dinding bangunan cagar budaya MNI yang runtuh akibat kebakaran. "Saat ini, tim evakuasi masih melakukan penyisiran koleksi," tambahnya.

Mahendra mengatakan, proses klasifikasi sendiri akan dibagi menjadi tiga kategori, yakni koleksi terdampak ringan, sedang, dan berat. Setelah tahap penyelamatan koleksi dilakukan, Tim Khusus Penanganan Unit MNI akan memasuki tahap analisis.

Dia menuturkan, dalam tahap analisis akan ditentukan rekomendasi penanganan atau proses remediasi dan/atau restorasi yang sesuai untuk setiap koleksi yang terdampak. Rangkaian proses tersebut membutuhkan ketelitian, sehingga membutuhkan waktu yang cukup panjang. "Untuk itu, selama proses tersebut berlangsung, MNI ditutup untuk publik," katanya.

Mahendra menuturkan, melihat antusiasme publik terhadap sajian koleksi artefak dan benda bersejarah yang berada di MNI, pihaknya juga tengah merencanakan berbagai rangkaian program agar publik tetap bisa mengakses koleksi MNI. Hal ini penting agar pemanfaatan pengetahuan dapat terus berjalan.

"Kami ingin terus berupaya menyajikan sarana edukasi yang optimal kepada publik, untuk itu kami sedang mengupayakan beberapa program. Hal ini tentunya akan bersamaan dengan upaya kami untuk terus menginformasikan informasi terbaru seputar proses pemulihan MNI secara terbuka dan berkala kepada publik," tandasnya.

Baca Juga: