JAKARTA - Setelah menjalani revitalisasi pasca kebakaran pada hari Sabtu16 September 2023,Museum Nasional Indonesia (MNI) akan dibuka kembali pada hari Selasa 15 Oktober 2024. Selain akan membawa nuansa baru dengan hadirnya benda-benda repatriasi museum ini juga menampilkan benda-benda terdampak kebakaran.

Total ada 902 koleksi terdampak kebakaran yang akan dipajang sebagai pengingat peristiwa tersebut. Benda-benda ini ditampilkan di enam ruangan atau galeri terdampak yang menampilkan berbagai jenis benda-benda bernilai sejarah yang mengalami kerusakan dari tingkat yang parah hingga ringan.

"Benda-benda ini berhasil kita identifikasi dari reruntuhan karena pasca kebakaran, antara kayu, besi, pasir, kerikil dan benda-benda koleksi bercampur," kata Azhim konservator Museum Nasional Indonesia, di tempat tersebut pada hari Jumat (11/10)

Pada Galeri Keramik terdapat 231 koleksi terdampak, Galeri Peradaban 49 koleksi, Galeri Perunggu 225 koleksi, Galeri Prasejarah 225 koleksi. Galeri Terakota 180 koleksi, dan Ruang Kebudayaan Indonesia 125 koleksi.

Selain memamerkan koleksi terdampak, MNI juga mempertahankan bagian Gedung A bagian yang terbakar. Tujuannya sebagai pengingat bahwa tempat menyimpan benda-benda bersejarah ini pernah mengalami kebakaran yang merusak ratusan koleksinya.

Selain itu untuk memberi gambaran proses revitalisasi pasca kebakaran dibuat ruang pamer temporer dengan namaPerjalanan Pemulihan MNI Pasca Kebakaran: "Menabuh Nekara, Menyiram Api." Tempat ini menampilkan kronologi dan berbagai upaya yang dilakukan untuk pemulihan museum.

"Pameran ini sebagai upaya pemulihan MNI yang kami narasikan secara transparan dan rinci kepada publik, serta hadirnya kembali koleksi hasil repatriasi, termasuk empat Arca Singasari hasil Repatriasi 2024 yang baru tiba pada awal bulan ini," ungkap PJU Museum Nasional Indonesia, Ni Luh Putu Chandra Dewi

Plt. Kepala Indonesian Heritage Agency, Ahmad Mahendra, mengatakan setelah menjalani serangkaian revitalisasi dan pengembangan ekstensif selama satu tahun, Indonesian Heritage Agency (IHA) pada tanggal tersebut akan mengumumkan pembukaan kembali (MNI). Pembukaan ini menandai awal baru bagi museum di Indonesia, dengan MNI kini hadir dengan fasilitas modern, pameran interaktif, dan pengalaman edukatif yang lebih mendalam.

Rangkaian Kegiatan Pembukaan Kembali MNI secara terbatas yang telah dilaksanakan pada tanggal 10-11 Oktober 2024. Pada acara ini menyajikan empat program utama area kuratorial dan tata pamer baru, Ruang ImersifA yang memanfaatkan teknologi terbaru serta dua pameran temporer. Selain ruang pamerPerjalanan Pemulihan MNI Pasca Kebakaran: "Menabuh Nekara, Menyiram Api" juga ditampilkan Pameran Repatriasi:Kembalinya Warisan Budaya dan Pengetahuan Nusantara.

Rangkaian kegiatan Pembukaan Kembali MNI diresmikan oleh Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy pada para Kamis (10/10), yang menekankan pentingnya museum sebagai jendela generasi muda untuk mengenal sejarah dan budaya bangsa.

Sejalan dengan mandat IHA untuk mereimajinasi warisan budaya, konsep reimajinasi Museum Nasional Indonesia merupakanmerupakan turunan dari konsep Reimajinasi Warisan Budaya, yakni pendekatan dan upaya inovatif untuk mentransformasi cara pengunjung melihat dan berinteraksi dengan museum, dari fungsi tradisional menjadi lebih modern dan dinamis.

"Revitalisasi yang telah berjalan dan akan terus berjalan hingga tiga tahun mendatang,diharapkan nantinya MNI dapat menjadi bagian dari ekosistem kebudayaan dengan menjadi museum percontohan yang dapat dijadikan standar pengelolaan dan pemanfaatan koleksi museum bertaraf internasional, serta mempertegas fungsi museum sebagai ruang publik yang juga berperan sebagai sumber pengetahuan dan inspirasi yang menyenangkan," tutur Mahendra.

Reimajinasi MNI berfokus pada revitalisasistruktur fisik serta peningkatan sumber daya dan layanannya dalam menyambut era baru pengelolaan museum dan pelestarian cagar budaya yang lebih relevan dengan kebutuhan masa kini.Tata pamer MNI akan berubah secara signifikan dimana narasi setiap gedungnya akan disesuaikan dengan minat dan kebutuhan publik, menjadikannya dapat bergerak dengan dinamis agar tetap relevan untuk menjadi pusat edukasi dan rekreasi untuk publik, khususnya generasi muda.

Transformasi ini akan mencakup penelusuran jejak warisan budaya, dari wawasan prasejarah hingga perjuangan heroik Nusantara menuju kemerdekaan serta ruang inspirasi untuk masa depan warisan budaya yang berkelanjutan. Ketiga narasi ini akan dibagi menjadi narasi utama setiap gedung MNI, Gedung A dengan tema "Masa Lalu Penuh Makna,"Gedung B "Marwah Indonesia," serta Gedung C "Bekal Masa Depan Berkelanjutan."

Ni Luh juga menjelaskan, dalam tiga tahun ke depan, MNI akan mengalami transformasi bertahap, terdapat digitalisasi manajemen koleksi, memperkenalkan cara baru dalam menyajikan dan merayakan keunggulan pemikiran dan kreativitas. Transformasi ini mencakup penerapan teknologi digital dalam pameran untuk menciptakan pengalaman yang lebih interaktif, seperti penggunaan augmented reality (AR) dan virtual tours."

Salah satu ruang pamer yang mengadaptasi inovasi teknologi adalah ruangan ImersifA, sebuah teknologi canggih yang merevolusi cara kita mengalami sejarah dan budaya. Ruangan ini menggunakan teknologi visualisasi dan audio yang canggih untuk menciptakan pengalaman yang menyeluruh dan mendalam, mirip dengan melihat lukisan gua dalam konteks modern.

"Pengunjung dapat menjelajahi sejarah budaya Indonesia lintas zaman dalam format yang sangat interaktif, memungkinkan mereka untuk mengimajinasikan kembali dan mengalami narasi sejarah dengan cara yang baru dan menarik," ujarnya.

Ia menerangkan pemeran Perjalanan Pemulihan MNI Pasca Kebakaran: "Menabuh Nekara, Menyiram Api" serta Pameran Repatriasi: Kembalinya Warisan Budaya dan Pengetahuan Nusantara akan berlangsung hingga 31 Desember.

Sebagai bagian dari inisiatif revitalisasi yang berkelanjutan, MNI juga menyoroti pentingnya kolaborasi multi pemangku kepentingan (multi-stakeholder) yang telah menjadi kunci sukses dalam proses pembaruan museum. Kolaborasi ini melibatkan IHA bersama dengan rangkaian ahli kurator, ahli cagar budaya, komunitas budaya, lembaga internasional, ahli sejarah, arsitek, dan tokoh nasional, yang semuanya telah memberikan kontribusi signifikan dalam merancang an melaksanakan konsep serta ide baru yang kini mewarnai wajah MNI.

"Kolaborasi multi-stakeholder ini telah membantu mendefinisikan ulang MNI tidak hanya sebagai tempat penyimpanan koleksi bersejarah, tetapi sebagai institusi yang hidup, bernapas, dan terus berkembang, yang mempromosikan pemahaman dan apresiasi terhadap kekayaan budaya Indonesia. Melalui kerja sama ini, MNI diharapkan dapat terus berfungsi sebagai jembatan antara masa lalu dan masa depan, mengedukasi dan menginspirasi generasi saat ini dan yang akan datang," tambah Mahendra.

Pada pembukaan kepada public MNI menampilkan beragam rangkaian tata pamer dan kuratorial baru, pameran temporer dan program publik lainnya. Salah satu kegiatan publik menarik adalah instalasi video mapping didukung oleh Epson Indonesia pada fasad Gedung A Museum Nasional Indonesia yang dapat dinikmati publik hingga akhir bulan ini.

Baca Juga: