Museum Macan (Modern and Contemporary Art in Nusantara) memamerkan karya seni tenun tangan yang terbuat dari limbah pukat ikan (jaring hantu/ghost nets) buatan Erub Arts, kelompok seniman asal Kepulauan Selat Torres.
Museum Macan (Modern and Contemporary Art in Nusantara) memamerkan karya seni tenun tangan yang terbuat dari limbah pukat ikan (jaring hantu/ghost nets) buatan Erub Arts, kelompok seniman asal Kepulauan Selat Torres.
Pameran bertajuk "Ghost Nets: Awakening the Drifting Giants" itu diwujudkan melalui kerja sama Museum Macan dan Kedutaan Besar Australia di Indonesia, didukung oleh Qantas Airways.
Duta Besar Australia untuk Indonesia Penny Williams PSM, dalam siaran pers di Jakarta, Jumat, memaparkan bahwa koleksi karya seni dari limbah pukat ikan itu menggabungkan budaya penduduk Selat Torres, seni kontemporer, dan advokasi lingkungan.
"Penggunaan kembali pukat ikan ini tidak hanya memberdayakan sampah plastik, tetapi juga mendorong diskusi tentang bagaimana kita semua dapat berkontribusi bagi pengurangan sampah plastik dan menjadi pelindung lautan yang lebih baik," kata Williams.
Direktur Museum Macan Aaron Seeto menyambut baik atas kerja sama dengan Kedutaan Besar Australia untuk membawa inisiatif penting tersebut ke Indonesia.
Pameran tersebut menampilkan total 18 karya seni, terinspirasi oleh lautan yang menghubungkan Australia dan Indonesia. Karya seni tenun tangan itu menampilkan rupa kawanan ikan, penyu laut, dan keluarga pari manta raksasa.
Pameran "Ghost Nets: Awakening the Drifting Giants" berlangsung di Museum Macan, Jakarta, hingga 4 Juni 2023. Setelah itu, karya seni akan dipamerkan di Bali.
Untuk mendukung pameran, Kedutaan Besar Australia di Jakarta dan Museum Macan juga akan mengadakan serangkaian lokakarya pendidikan dan bincang-bincang seniman yang dipimpin oleh Jimmy John Thaiday bersama Lavinia Ketchell dari Erub Arts.