JAKARTA-Para pelaku usaha energi terbarukan (EBT) yang tergabung dalam Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia(Meti) mendesak penundaan Musyawarah Nasional (Munas) yang rencananya diselenggarakan 22 Juni mendatang. Mereka menegaskan Munas harus kredibel mengingat urusan EBT ini tak dianggap sepele karena terkait program transisi energi.

Salah satu tokoh pendiri Meti, Sjoufyan Awal mengatakan, permintaan itu karena

mereka melihat ada indikasi kuat bahwa penyelenggaraan organisasi telah keluar dari jalur melanggar AD dan ART organisasi yang sah. Para pendiri organisasi yang kemarin hadir dalam pertemuan bersama sejumlah pengurus Meti di Jakarta, juga mendesak agar penyelenggaraaan Munas mendatang diselenggarakan secara kredibel.

"Pendiri dan pakar meminta pelaksanaan Munas Meti harus dilaksanakan kredibel, mengingat makin pentingnya urusan energi terbarukan yaitu transisi energi," tegas Sjoufyan dalam Dialog Mengembalikan Marwah Meti di Jakarta, Selasa (14/6).

Hal lainnya lanjut dia karena ada semacam conflict of interest yang dilakukan antara Ketua OC (organizing committee) dan Calon Formatur Kandidat Ketua.

Sarannya pendiri dan pakar, kalau mundur jangan lebih dari satu bulan. Harapan dari para pendiri adalah komunitas atau masyarakat energi terbarukan ini tetap solid, tetap guyub, jangan sampai bermusuhan.

"Saya sebagai yang paling senior dari segi usia dan kepengurusan di Meti, saya gembira bahwa kawan-kawan semua ingin Meti ini terbaik forever dan saran-saran kalian itu semua, sangat membantu semua kita memikirkan what next," kata Sjoufyan.

Hasil dialog itu juga memutuskan seluruh kepengurusan Meti baik Ketua Umum hingga Dewan Pakar dan Dewan Pembina tidak ada lagi hingga hasil Munas ke VIII menetapkan kepengurusan Meti periode 2021-2023.

Untuk menghindari organisasi tersebut dari perpecahan, para pendiri mengambil inisiatif demi mengembalikan marwah organisasi untuk mengambil alih kepengurusan Meti untuk sementara lalu segera membentuk kepanitian Munas VIII yang baru

Baca Juga: