Forum Religion of Twenty dinilai relevan untuk menjadikan agama sebagai sumber solusi permasalahan dunia yang terjadi saat ini.

JAKARTA - Wakil Ketua Umum (Waketum) Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH. Marsudi Syuhud menilai penyelenggaraan Forum Religion of Twenty (R20) relevan dalam mengatasi permasalahan agama di dunia pada saat ini.

Menurut Kiai Marsudi, permasalahan agama-agama di dunia, baik masalah antar-umat beragama maupun umat seagama, masih tampak jelas ada dalam kehidupan ini sehingga R20 relevan mengatasi persoalan tersebut melalui pertemuan antara para pimpinan agama-agama sedunia yang akan mendiskusikan jalan keluar agar agama menjadi penyelesai masalah.

"Sebagian masyarakat menilai bahwa agama sebagai problem (masalah). Untuk menjawab hal itu, acara ini menjadi relevan karena mencoba mencari jalan keluar melalui pimpinan agama-agama sedunia sehingga agama menjadi penyelesai problem," kata dia saat menghadiri pertemuan pertama R20 di Jakarta, Senin (5/9).

Lebih lanjut, Kiai Marsudi menyampaikan contoh permasalahan agama di dunia saat ini adalah fenomena islamofobia yang masih terjadi di beberapa negara maju. Di samping itu, tambah dia, ada pula konflik antar-umat beragama, seperti yang terjadi di India, Afrika, dan Myanmar. Masalah tersebut, menurut Kiai Marsudi, perlu ditanggulangi dengan cara yang unik, seperti Piagam Madinah.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Kholil Staquf mengharapkan organisasi-organisasi sosial keagamaan yang tergabung dalam MUI dapat turut berpartisipasi dalam R20.

Pertemuan pertama R20 ini juga dihadiri oleh sejumlah perwakilan kedutaan besar negara anggota G20 dan pimpinan lembaga serta organisasi masyarakat di Jakarta.

R20 merupakan salah satu kegiatan dalam rangkaian peringatan Satu Abad NU. Penyelenggaraan R20 bertujuan membangun diskusi antartokoh agama dunia agar agama menjadi solusi dari beragam masalah.

"Pertemuan perdana ini sangat strategis sebab membahas prioritas dan rencana kerja R20 dalam mewujudkan visi agama sebagai sumber solusi global, menebar nilai moral dan spiritual," kata Yahya Cholil Staquf.

Senada dengan itu, Staf Ahli Bidang Hubungan Antar-Lembaga Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Muhsin Syihab mengatakan bahwa R20 merupakan forum yang imparsial, inklusif, dan solutif.

Melalui rencana kerja dan program prioritas yang bakal dibawakan forum itu, ia menegaskan R20 harus menjadi forum rujukan terkait praktik bertoleransi dan kerja sama antarumat beragama.

Agenda Bangsa

Wakil Ketum MUI, Anwar Abbas juga berharap dua organisasi keagamaan terbesar di Indonesia, yakni NU dan Muhammadiyah dapat menjalin komunikasi yang lebih intensif demi merumuskan agenda-agenda kerja sama yang menyangkut kehidupan umat, bangsa, dan negara.

Sebelumnya, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf bersilaturahim ke Pimpinan Pusat Muhammadiyah di Gedung Dakwah, Jakarta, Minggu (4/9). Kedatangan Yahya disambut Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir.

Pertemuan itu membahas sejumlah potensi kerja sama yang bisa dilakukan kedua belah pihak. Selain itu, PBNU mengundang Muhammadiyah untuk terlibat dalam agenda pertemuan R20 yang rencananya digelar pada November mendatang.

Baca Juga: