YOGYAKARTA - Pandemi Covid-19 terjadi hampir di seluruh dunia adalah musibah bersama. Wabah Covid-19 tidak memandang orang per orang, suku tertentu, agama tertentu ataupun bangsa tertentu.
Meskipun menjadi musibah bersama dalam waktu yang sama, nyatanya beberapa negara telah berhasil mengatasi pandemi. Memandang fenomena itu, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir beranggapan tidak tepat jika menyandingkan Indonesia dengan negara-negara yang berhasil mengatasi pandemi hingga mampu menghelat pergelaran besar seperti sepakbola.
"Covid-19 tidak mengenal negara maju maupun negara tertinggal. Mungkin bedanya negara maju itu cepat mencari solusi, cepat melakukan recovery. Karena apa? Dia punya dana, fasilitas, sistem kesehatan yang bagus dan berbagai hal. Ya kita juga punya tapi pada batas tertentu masih kekurangan," jelas Haedar dikutip dari rilis pers PP Muhammadiyah, baru-baru ini.
"Jadi yang ditiru jangan hanya 'lho kok di tempat lain kok sudah ada penonton sepak bola?', 'sudah ada berbagai hal?', ya jangan ditiru enak-enaknya saja. Tiru juga cara mengatasinya dan disiplin masyarakatnya," tegas Haedar.
Pemahaman terhadap cara pemerintah mengatasi dan cara masyarakat menghadapi pandemi dianggap penting oleh Haedar sehingga tidak kemudian membuat masyarakat Indonesia lalai dengan menjadikan negara-negara tersebut sebagai alasan.
"Kalau kita meniru hasilnya saja yakni nonton bola bareng-bareng, sekolah bareng tapi tidak tahu kondisi sesungguhnya yang kita hadapi. Kan yang kita hadapi ini bukan virus yang ada di London, bukan yang ada di Copenhagen bukan yang ada di Paris. Yang kita hadapi ini yang ada di Indonesia yang Covid-19 masih meluas, masih belum melandai," terangnya.
"Juga disiplin masyarakatnya. Ya kita bertanya pada diri sendiri apakah kita sudah berdisiplin yang tinggi, disiplin itu bukan hanya untuk kita tapi juga untuk orang yang lain," tutup Haedar.