JAKARTA - Muhammadiyah terus mengembangkan sayapnya hingga ke luar negeri. Salah satunya adalah dengan mendirikan Universitas Muhammadiyah di luar negeri.

Demikian diungkapkan oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir saat menerima kunjungan atau silaturahim dari Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) di Kantor PP Muhammadiyah di Jakarta, Selasa (7/6).

Menurut Haedar, terkait dengan program internasionalisasi Islam Indonesia, saat ini Muhammadiyah sudah memiliki Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) sebanyak 27, termasuk di empat Negara di mana Muhammadiyah sudah memiliki badan hukum. Selain itu, saat ini Muhammadiyah sedang mengembangkan Amal Usahanya di luar negeri.

"Sekarang kita masuk ke pengembangan pusat keunggulan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) mulai dari pendidikan TK ABA di Kairo, termasuk Markaz Dakwah Muhammadiyah di Kairo, kita juga membangun Universitas Muhammadiyah di Malaysia, dan terakhir Muhammadiyah Australian Collage," kata Haedar.

Terkait kunjungan pimpinan Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII), menurut Haedar menyebut sangat penting untuk akselerasi internasionalisasi Islam Indonesia yang memiliki keunikan dan sejarah, serta tradisi besar. Sisi ditingsi tersebut menurutnya penting untuk diinternasionalisasi.

"Melalui silaturahim ini Muhammadiyah akan mengakselerasi internasionalisasi agar lebih meluas, mengglobal, dan berkembang. Selain itu, melalui kunjungan ini juga diharapkan meningkatkan research yang menggabungkan antara perspektif Islam, Barat, dan Indonesia," ujarnya.

Ditambahkannya, pengembangan juga bukan hanya di bidang pemikiran, tetapi juga pendidikan dan ekonomi yang memiliki basis kuat di masyarakat Indonesia. Sementara itu, Rektor UIII, Prof. Komarudin Hidayat mengakui bahwa Muhammadiyah dengan UIII memiliki agenda sama yakni internasionalisasi khususnya di bidang budaya, pendidikan, dan ekonomi yang selama ini menjadi best practice Islam di Indonesia, terutama sebagaimana yang dilakukan oleh Muhammadiyah.

"Kami ingin mendorong nanti kawan-kawan yang studi S2 dan S3 melakukan research misalnya tentang pendidikan yang dilakukan Muhammadiyah, sebagai amal usaha. Ini penting sekali karena Muhammadiyah ini suatu ormas yang sangat unik, yang kita tidak temukan di Negara-negara lain," ujarnya.

Komarudin menambahkan, semangat gemar beramal yang dimiliki oleh Muhammadiyah menjadi topik yang menarik dalam penelitian. Peran Muhammadiyah tidak kecil. Sebab mencerdaskan dan menyehatkan bangsa yang mestinya sebagai tugas Negara juga dilakukan oleh Muhammadiyah. Oleh karena itu dia menyayangkan jika amal usaha ini dikenakan pajak oleh Negara.

"Mangkanya ketika kemudian yayasan, ormas, Amal Usaha Muhammadiyah seperti ini dikenakan pajak terlalu tinggi perlu ditinjau ulang. Karena kita mengambil peran membantu Negara, jangan sampai kemudian ditempatkan sebagai objek sasaran pajak," kata Komarudin.

Baca Juga: