Harapan baru bagi penderita kegagalan organ untuk mendapatkan transplantasi semakin cerah. Hasil pengujian xenotransplantasi ginjal babi yang dimodifikasi secara genetik ke monyet, mampu membuatnya bertahan hidup hingga usia dua tahun.

Harapan baru bagi penderita kegagalan organ untuk mendapatkan transplantasi semakin cerah. Hasil pengujian xenotransplantasi ginjal babi yang dimodifikasi secara genetik ke monyet, mampu membuatnya bertahan hidup hingga usia dua tahun.

Transplantasi organ dari satu spesies ke spesies lain atau disebut dengan xenotransplantasi diharapkan menjadi solusi bagi mereka yang mengalami kegagalan fungsi organ. Cara ini dapat mengatasi kekurangan organ dari para pendonor yang jika ada antreannya sangat panjang.

Namun tantangan dari xenotransplantasi saat ini adalah menjembatani perbedaan evolusi antara dua spesies selama jutaan tahun. Tidak heran selama beberapa dekade cangkok organ ini tidak praktis, karena organ yang ditransplantasikan mengalami penolakan tubuh penerima.

Sebuah studi baru yang diterbitkan pekan lalu di jurnalNaturemenunjukkan metrik utama xenotransplantasi. Laporan tersebut menyatakan cangkok organ itu dapat memberi kelangsungan hidup penerima organ dalam jangka panjang.

Penulis penelitian melaporkan mereka mentransplantasikan ginjal babi Yucatán hasil rekayasa genetika ke primata berupa monyetcynomolgus. Hasilnya monyet penerima organ ini dapat bertahan hidup selama rata-rata enam bulan. Dua dari 15 monyet menghasilkan hasil edit yang diinginkan, bisa hidup selama lebih dari dua tahun.

Sebelum penelitian dilakukan, xenograft (transplantasi organ/jaringan antar individu yang berbeda spesies) biasanya bertahan pada primata bukan manusia hanya selama sekitar tiga bulan atau kurang. Data baru ini dapat membantu meyakinkan regulator yaitu Food and Drug Administration (FDA) bahwa xenotransplantasi siap untuk uji klinis pada manusia.

Menurut eGenesis, perusahaan yang memimpin penelitian ini, FDA atau Badan Pengawas Obat dan Makanan AS memerlukan data yang menunjukkan kelangsungan hidup xenograft pada primata bukan manusia setidaknya selama satu tahun sebelum mereka menyetujui studi klinis. Xenograft merupakan cangkok tulang (bone graft) alternatif yang diperoleh dari donor yang berbeda spesies.

"Kami tidak hanya dapat mencapai hingga satu tahun, kami juga dapat mencapai hingga dua tahun," kata CEO eGenesis, Michael Curtis. "Ini menjadi landasan untuk pergi ke klinik dengan percaya diri," imbuh dia seperti dikutip dariScientific American.

Para peneliti eGenesis bukanlah yang pertama menunjukkan tingkat kelangsungan hidup xenotransplant lebih dari satu tahun pada primata bukan manusia. Namun penelitian sebelumnya mengandalkan imunosupresan agresif untuk menjinakkan respons imun tubuh.

Dengan imunosupresan agresif atau obat anti penolakan adalah obat yang menghambat atau mencegah aktivitas sistem imun. Keberhasilannya sering kali hanya bersifat positif dibandingkan hasil yang konsisten. Dalam studi baru sepertiga monyet yang diberikan obat imunosupresan standar bisa bertahan selama satu tahun atau lebih.

"Konsistensilah yang membuat saya terkesan dalam makalah ini," kata Muhammad M Mohiuddin, seorang profesor bedah di Fakultas Kedokteran Universitas Maryland, yang tidak terlibat langsung dalam penelitian ini tetapi meninjau penelitian tersebut dan menulis komentar yang menyertainya.

Ia mengatakan, xenotransplantasi telah dilakukan pada manusia di masa lalu. Mohiuddin sendiri dan rekan pada September 2023, berhasil mentransplantasikan jantung babi hasil rekayasa genetika ke seorang pria berusia 58 tahun, yang saat ini sedang dalam pengawasan di rumah sakit. Tim yang sama melakukan operasi serupa pada Januari 2022, dan penerimanya hidup selama dua bulan sebelum meninggal dunia.

Operasi semacam itu merupakan pengecualian operasi. Izin khusus dari FDA karena partisipannya adalah orang-orang yang sakit parah dan tidak memiliki pilihan lain. Lebih sulit untuk berdebat mengenai perluasan akses dari xenotransplantasi ginjal ketika dialisis atau cuci darah dilakukan sebagai upaya sementara. Namun, dialisis adalah pengalaman yang traumatis dan sulit.

"Ginjal dan jantung babi yang direkayasa secara genetis juga telah diuji pada orang-orang yang menderita kematian otak ketika keluarga mereka menyetujui percobaan tersebut. Investigasi semacam ini memungkinkan para ilmuwan untuk menilai keamanan dan kinerja prosedur dalam lingkungan yang dekat dengan tubuh manusia," kata Jayme Locke, seorang ahli bedah di Universitas Alabama di Birmingham, yang telah melakukan beberapa eksperimen ini.

Strategi Rekayasa

Namun model yang disebut model mendiang (decedent) ini memiliki tantangannya sendiri. Karena biasanya hanya melibatkan satu orang dan biasanya hanya berlangsung selama berhari-hari hingga berminggu-minggu. Meskipun penelitian ini memberi informasi berharga, FDA tidak menganggapnya sebagai pengganti uji klinis, yang memerlukan data praklinis pada primata bukan manusia.

Strategi yang digunakan eGenesis untuk membuat xenograft bertahan lebih lama adalah dengan merekayasa genetika babi donor agar lebih kompatibel secara biologis. Dalam studi baru, para peneliti melaporkan melakukan total 69 pengeditan genetik. Sebaliknya, upaya sebelumnya yang dilakukan oleh perusahaan lain memperkenalkan 10 perubahan atau kurang pada genom babi.

Banyak pengeditan eGenesis berfungsi untuk membujuk sistem kekebalan tubuh agar menerima organ asing alih-alih menyerangnya. Jaringan babi mengandung tiga jenis molekul yang dapat memicu sistem kekebalan primata untuk menolak jaringan yang ditransplantasikan, sehingga tiga dari 69 perubahan genetik eGenesis mencegah hewan donor membuat molekul-molekul ini.

"Tujuh perubahan lainnya adalah penambahan gen manusia yang pada dasarnya membuat sel babi berperilaku lebih seperti sel manusia. Ini setara dengan menyamarkan substrat asing sebagai milik tuan rumah," kata rekan penulis studi Wenning Qin, Wakil Presiden Senior Bidang Inovasi eGenesis. hay/I-1

Baca Juga: