Oleh Dr Harliantara, MSi

Kasus penganiayaan pakar teknologi informasi dan komunikasi Institut Teknologi Bandung, Hermansyah, di jalan tol telah menjadi perhatian publik. Kasus tersebut mencuatkan pentingnya peningkatan layanan jalan tol, khususnya penerangan dan layanan monitoring. Konsumen semakin membutuhkan layanan monitoring, terutama di bidang engineering securit, beserta peralatan surveillance berkemampuan tinggi.

Ancaman kejahatan di jalan tol semakin sering sehingga pengelola mesti membenahi dan menambah jumlah closed circuit television (CCTV). Kemampuan dan kemudahan akses CCTV live streaming yang telah dimiliki Jasa Marga perlu diperbaiki dan ditiru ruas jalan tol lainnya. Infrastruktur TIK tersebut juga sangat penting bagi pengguna jalan tol untuk memantau titik-titik kemacetan, memudahkan transaksi, serta antisipasi gangguan.

Mestinya dengan layanan live streaming bisa memantau kondisi pengguna jalan tol jika terjadi kecelakaan atau kasus kejahatan. Sayang, jumlah titik CCTV masih kurang dan kondisi penerangan lingkungan jalan tol masih memprihatinkan. Sudah banyak konsumen yang telah mengunduh aplikasi, namun sering terjadi gangguan koneksi saat memakai.

Baik pengelola maupun pengguna jalan tol kini memerlukan layanan atau sistem monitoring yang bersifat real time. Pengelola jalan tol selama ini telah menggunakan CCTV sebagai sistem monitoring sepanjang ruas. Namun, jumlahnya masih kurang karena terkendala biaya operasional yang tidak sedikit. Selain itu, mereka hanya bisa merekam pada satu lokasi saja.

Pengelola sering menerima keluhan mengenai kurang andalnya teknologi CCTV yang dinilai sebagai salah satu penyebab lambatnya penanganan masalah di jalan tol, seperti kecelakaan dan mogok. Tak pelak lagi, layanan aplikasi live streaming jalan tol perlu diperluas dan ditingkatkan teknologinya sehingga kasus seperti yang menimpa Hermansyah bisa ditangani lebih baik.

Perlu menambah atau melengkapi sistem monitoring yang mobile, selain CCTV statis pada area tertentu, yakni penerapan dan penggunaan drone atau pesawat tanpa awak. Perlu teknologi drone atau Unmanned Aerial Vehicle (UAV) yang cocok untuk monitor kondisi jalan tol. Autonomous system pada wahana akan memantau kedudukan drone pada ketinggian dan koordinat tertentu. Hasil pemotretan dan perekaman video dapat disaksikan secara real time dari stasiun pengendali.

Teknologi penginderaan jarak jauh menggunakan drone lebih hemat. Apalagi Pusat Teknologi Penerbangan Lapan telah mengembangkan Drone LSU 02 yang mampu menjelajah terbang ketinggian 6.000 kaki atau dua km. Dari segi biaya penggunaan bahan bakar satu liter Pertamax bisa untuk satu jam terbang drone berkecepatan 100 km per jam. Drone jenis ini bisa membawa 4 liter BBM untuk empat jam. Begitu juga ongkos rancang bangun drone cukup murah karena sebagian besar komponen berbahan lokal.

Drone

Sistem monitoring merupakan proses mengumpulkan data berbagai sumber daya secara real time. Dalam peningkatan kinerja evakuasi cepat pada situasi darurat dibutuhkan sistem monitoring tepat guna seperti drone. Dengan begitu, pengelola dan pengguna jalan tol bisa mengetahui kondisi terbaru melalui aplikasi android secara real time.

Pengelola perlu meningkatkan kerja sama dengan operator penyedia jasa telekomunikasi, seperti menambah base transceiver station dan menempatkan mobile base station di area tertentu untuk meningkatkan layanan broadband on highway connectivity, antara lain berupa akses CCTV live streaming dan layanan internet pada rest area atau tempat tertentu pinggir jalan tol.

Layanan broadband highway sangat penting bagi pengguna jalan tol seperti Cikopo-Palimanan (Cipali) sepanjang 116,7 km yang banyak kendala teknis dan nonteknis bagi pengguna. Layanan broadband on highway conectivity bisa mengatasi persoalan darurat dan mencegah kecelakaan. Apalagi, faktor human error banyak menjadi penyebab utama kecelakan di jalan tol karena para pengemudi belum mampu beradaptasi dan teledor karena terlalu asyik memacu kendaraan.

Pengguna jalan membutuhkan sistem informasi yang bisa diakses dengan smart handphone atau perangkat mobile lainnya. Pada prinsipnya, sistem informasi jalan tol adalah suatu aplikasi untuk memfasilitasi kegiatan berkaitan dengan transaksi tol berupa proses pelayanan, kontrol transaksi, pengadministrasian pendapatan, serta proses lain terkait informasi secara online.

Faktanya, ruas jalan tol yang relatif panjang mengandung risiko keselamatan sangat tinggi. Maka, diperlukan sistem informasi yang mudah diakses publik. Sistem layanan elektronik sebaiknya dilengkapi radio siaran baik secara online maupun konvensional. Perlu berbagai aplikasi berbasis Android atau smartphone untuk menunjang kegiatan jalan tol.

Sistem infromasi tersebut idealnya bisa terintegrasi dengan sosial media. Aplikasi memiliki beberapa menu yang memudahkan pengguna mengetahui informasi lalu lintas secara real time dan menampilkan batas kecepatan laju kendaraan. Ini juga memungkinkan pengguna melihat peta perjalanan dan bisa diakses dalam posisi offline.

Aplikasi juga bisa merekomendasikan rest area dan destinasi wisata terdekat yang bisa dikunjungi. Aplikasi sebaiknya juga dilengkapi menu pantauan arus lalu lintas yang akan dilalui dengan video streaming menampilkan kondisi jalan. Pantauan CCTV milik Traffic Management Center (TMC) pengelola tol sebaiknya dintegrasikan milik Polri. Integrasi tersebut juga menyangkut standardisasi dan kompatibelitas sistem CCTV.

Sederet permasalahan jalan tol perlu koordinasi dan inovasi teknologi untuk mengatasi. Apalagi pengelola belum mampu menerapkan pelayanan yang baik. Kemudian, minimnya koordinasi dengan pemerintah daerah terkait dengan pengembangan infrastruktur transportasi. Tidak bisa dimungkiri, pengelola tol sering dituntut konsumen. Untuk itu, para pengelola perlu mencari sistem pelayanan dan pemeliharaan jalan tol agar memenuhi standar.

Pengelola ruas jalan tol negeri ini kebanyakan belum maksimal. Itulah sebabnya perlu sistem informasi online terpadu dengan lembaga lain yang bisa diakses warga. Selain masalah pelayanan di pintu-pintu jalan tol dan kerawanan tindak kejahatan di ruas jalan, ada juga masalah yang tidak kalah menyebalkan bagi konsumen jalan tol, di antaranya belum adanya budaya preventive maintenance dalam pengelola tol.

Penulis Kaprodi Magister Ilmu Komunikasi Unitomo Surabaya

Baca Juga: