Saat masih berlangsung uji coba tahap akhir vaksin Covid-19 pada manusia, perusahaan bioteknologi Moderna melaporkan bahwa vaksin mereka berhasil mencegah virus berkembang biak di hidung dan paru-paru hewan kera.

WASHINGTON DC - Perusahaan bioteknologi Amerika Serikat (AS), Moderna, dilaporkan telah berhasil melakukan percobaan vaksin Covid-19 terhadap kera. Penelitian yang dipublikasikan pada New England Journal of Medicine edisi Selasa (28/7) itu menyebutkan bahwa vaksin itu berhasil menimbulkan respons kekebalan tubuh hewan itu, serta mencegah virus berkembang biak di hidung dan paru-paru.

Fakta bahwa vaksin mampu mencegah virus mereplikasi diri di hidung dinilai sebagai capaian yang penting dalam mencegah penularan wabah mematikan itu. Percobaan vaksin serupa yang dilakukan oleh Universitas Oxford, hasilnya sama sekali tak dapat mencegah virus memasuki paru-paru kera dan membuat hewan itu sakit parah.

Dalam studi Moderna, tiga kelompok kera rhesus, yang masing-masing terdiri dari delapan ekor, diberi plasebo atau vaksin pada dua tingkat dosis berbeda, 10 mikrogram dan 100 mikrogram. Semua kera yang divaksinasi menghasilkan antibodi netralisasi tingkat tinggi yang menyerang bagian dari virus SARS-CoV-2, yang digunakan untuk menyerang sel.

Kera yang menerima kedua jumlah dosis, ditemukan memiliki tingkat antibodi yang lebih tinggi daripada yang ditemukan pada manusia yang telah pulih dari Covid-19. Para peneliti melaporkan bahwa vaksin juga menginduksi produksi sel kekebalan yang berbeda yang dikenal sebagai sel-T, yang diperkirakan telah membantu meningkatkan respons kekebalan tubuh secara keseluruhan.

Hal utama yang menjadi perhatian adalah bahwa vaksin yang sedang dikembangkan sebenarnya bisa menjadi "bumerang" karena dapat memperkuat virus, daripada menekannya.

Hal itu ditemukan pada peningkatan vaksin penyakit pernapasan (VAERD), yang telah dikaitkan dengan produksi jenis sel-T yang dikenal sebagai Th2. Tetapi sel-sel ini tidak diproduksi selama percobaan, menunjukkan bahwa vaksin ini tidak akan memperkuat virus.

Empat pekan setelah kera menerima injeksi kedua, hewan-hewan itu terpapar virus SARS-CoV-2, baik melalui hidung dan langsung ke paru-paru. Setelah dua hari, pada tujuh dari delapan kera baik dalam kelompok dosis rendah dan tinggi, tidak ditemukan virus yang mereplikasi diri di paru-paru.

Sebaliknya, semua kera dalam kelompok plasebo terus memiliki virus. Dua hari setelah terpapar, tak satupun dari delapan kera dalam kelompok dosis tinggi memiliki tingkat virus yang terdeteksi dalam hidung mereka.

"Ini adalah pertama kalinya sebuah vaksin Covid-19 eksperimental yang diuji pada primata bukan-manusia, terbukti telah mengendalikan virus yang begitu cepat di saluran nafas atas," kata National Institutes for Health, institusi yang ikut mengembangkan vaksin itu.

Vaksin Covid-19 yang mampu menghentikan virus di paru-paru akan mencegah penyakit bertambah parah, sementara keberhasilan menghentikan virus bereplikasi di hidung akan tingkat mengurangi penularan.

Produksi Massal

Vaksin Moderna menggunakan bahan genetik dalam bentuk viral RNA untuk menyandikan informasi yang diperlukan untuk menumbuhkan duri protein SARS-CoV-2, di dalam tubuh manusia untuk memicu respons kekebalan.

Duri protein yang memberikan penampilan virus seperti mahkota dan digunakan untuk menyerang sel manusia, setelah disandikan informasinya dengan sendirinya dianggap relatif tidak berbahaya.

Keuntungan dari teknik ini adalah bahwa vaksin dapat memotong kebutuhan untuk memproduksi protein virus di laboratorium, sehingga memudahkan untuk proses produksi massal. Saat ini hanya vaksin Moderna dan vaksin yang dikembangkan bersama oleh Universitas Oxford dan AstraZeneca telah memasuki uji coba tahap akhir pada manusia. SB/AFP/I-1

Baca Juga: