Ketidakpastian geopolitik di Timur Tengah mendorong pelaku pasar untuk memilih berinvestasi pada aset-aset safe haven, salah satunya dollar AS.

JAKARTA - Aliran modal keluar dari pasar saham dan obligasi Indonesia berpotensi meningkat jika konflik Iran dan Israel terus memanas. Konflik di Timur Tengah meningkatkan ketidakpastian global sehingga menyebabkan investor menarik dana dari aset-aset berisiko tinggi, terutama dari negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

"Aliran modal keluar dari pasar saham dan obligasi Indonesia dikhawatirkan akan meningkat setelah konflik antara Iran dan Israel meningkat," kata Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, di Jakarta, Rabu (17/4).

Josua menambahkan ketidakpastian geopolitik di Timur Tengah mendorong pelaku pasar untuk memilih berinvestasi pada aset-aset safe haven, salah satunya dollar AS. Kondisi tersebut menyebabkan mata uang negara-negara lain, terutama negara berkembang seperti Indonesia, berpotensi melemah.

Indeks dollar AS naik ke kisaran 106 menyusul eskalasi konflik antara Iran dan Israel. Kondisi tersebut menjadi kabar buruk bagi nilai tukar rupiah yang tahun ini sangat dipengaruhi oleh pergerakan inflasi Amerika Serikat (AS) dan kebijakan moneter bank sentral AS atau the Fed.

"Rupiah diprediksi terus terdepresiasi jika konflik ini terus memanas dan berlanjut," ujar Josua.

Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS di akhir perdagangan, Rabu (17/4), ditutup melemah 44 poin atau 0,28 persen dari sehari sebelumnya menjadi 16.220 rupiah per dollar AS.

Tekanan serupa terjadi di pasar saham. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (17/4) sore, ditutup melemah 33,97 poin atau 0,47 persen ke posisi 7.130,83.

Seperti diketahui, kondisi global tengah berhadapan dengan ketegangan konflik antara Iran dengan Israel. Permusuhan terbaru antara Iran dan Israel dipicu serangan terhadap Konsulat Iran di Damaskus, Suriah, pada 1 April lalu. Serangan itu menewaskan sedikitnya tujuh anggota Korps Garda Revolusi Islam Iran.

Iran menuding Israel bertanggung jawab atas serangan fatal tersebut. Iran kemudian melancarkan serangan balasan dengan menembakkan puluhan rudal balistik dan ratusan drone ke Israel, Sabtu (13/4) malam.

Jaga Stabilitas

Sebelumnya, Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyoroti pentingnya menjaga stabilitas keuangan untuk mengantisipasi imbas konflik Iran-Israel yang menyebabkan kemerosotan nilai tukar mata uang terhadap dollar AS dan pelemahan pasar modal.

"Di pasar keuangan, kami melihat indeks dollar AS mengalami penguatan terhadap (mata uang) berbagai negara," kata Airlangga Hartarto di Jakarta, Selasa (16/4).

Baca Juga: