» Pemerintah Harus Terus Mempercepat Vaksinasi Bagi Kelompok Rentan.
» Sebagian besar masyarakat menganggap virus Covid-19 sudah berubah menjadi penyakit flu biasa.
JAKARTA - Kasus Covid-19 di Indonesia kembali meningkat. Hal itu terlihat pada angka positivity rate yang mencapai 17,4 persen, yang berarti masih banyak kasus di masyarakat yang belum teridentifikasi.
Selain itu, laporan kasus kematian baru dari semula konsisten berada di bawah 10, bahkan 5 per hari, kini merangkak naik di puluhan kasus yakni tertinggi 37 kasus per hari. Sejauh ini, di gelombang Omicron setelah munculnya varian Arcturus kasus tertinggi dilaporkan pada 29 April melampaui dua ribu kasus. Catatan tersebut merupakan yang terbanyak selama 10 bulan terakhir.
Epidemiolog dari Univeristas Gadjah Mada (UGM), Riries Andono Ahmad, mengatakan bahwa hal itu wajar sebab baru saja ada peningkatan mobilitas yang sangat tinggi.
"Jadi, peningkatan kasus yang ada dibandingkan dengan peningkatan mobilitas relatif jauh lebih rendah dibandingkan periode yang sama 1-2 tahun yang lalu," kata Andono.
Hal yang terpenting, jelasnya, pemerintah harus terus mempercepat vaksinasi bagi kelompok rentan dan menyiapkan kemampuan rumah sakit untuk menangani kemungkinan lonjakan kasus.
Mengenai dugaan varian baru di balik peningkatan kasus, dia mengatakan sampai hari ini belum ada bukti mengenai adanya sebaran varian baru tersebut di Indonesia. Sementara itu, jelas di masa libur Lebaran kemarin ada peningkatan mobilitas luar biasa besar.
"Mobilitas sebagai penyebab penularan itu adalah sebuah fakta dan demikian juga dengan varian baru. Masalahnya, bukti yang kita miliki adalah adanya peningkatan mobilitas. Belum ada bukti saat ini yang menunjukkan adanya varian baru," kata Andono.
Tanpa ada bukti yang menunjukkan adanya varian baru yang bersirkulasi maka tidak bisa disimpulkan bahwa varian barulah yang menyebabkan peningkatan kasusnya. Varian baru, paparnya, sangat mungkin sudah bersirkulasi, tapi belum ada bukti yang mendukung.
Sebab, setiap varian Covid-19 baru, agar bisa menjadi varian dominan harus lebih menular dibandingkan varian sebelumnya. Jika varian baru tersebut tidak lebih menular, mereka tidak akan bisa berkompetisi dengan varian yang ada. Seberapa lebih menular, itu sangat tergantung mutasi yang terjadi.
Di sisi lain, evolusi virus secara alami akan mengalami penurunan keparahan. Virus yang menyebabkan keparahan dan kematian tidak dapat berkembang biak, karena mereka akan mati ketika penderita diisolasi atau karena meninggal. Jadi, virus yang memberikan gejala ringan yang akan mampu bertahan, karena penderita bisa jadi tidak terdeteksi dan tetap dapat berinteraksi secara sosial.
Bagi sebagian besar masyarakat, virus Covid-19 sudah berubah menjadi penyakit flu biasa karena mereka sudah punya kekebalan.
"Akan tetapi bagi mereka yang berisiko tinggi, apalagi belum mendapatkan vaksinasi, virus ini tetap berpotensi menimbulkan keparahan dan kematian, sehingga upaya vaksinasi perlu ditargetkan untuk kelompok-kelompok risiko tinggi tersebut, bukan lagi diberikan pada seluruh populasi," papar Andono.
Secara terpisah, Kepala Balai Laboratorium Kesehatan dan Kalibrasi Dinas Kesehatan DIY, Setyarini Hestu Lestari, mengatakan bahwa saat ini pihaknya sedang mengumpulkan sampel untuk diperiksa.
"Soal kenaikan kasus pasti karena mobilitas, sebab varian baru sementara kita kumpulkan sampel untuk diperiksa apakah memang sudah masuk ke Yogya," jelas Setyarini.
Tetap Tenang
Sementara itu, penambahan kasus Covid-19 juga terjadi di Jawa Timur (Jatim), berdasarkan data nasional yang dirilis Pemprov Jatim pada Selasa (24/5) menunjukkan peningkatan jumlah kasus terjadi sejak 12 April 2023, dengan kasus harian sebelumnya hanya 30-50 per hari, menjadi lebih dari 100 kasus per hari. Pada 24 April 2023, penambahan kasus Covid-19 sebanyak 119 kasus sehingga secara kumulatif di Jatim mencapai 641.307.
"Selain itu, dilaporkan bahwa terdapat dua varian Arcturus yang ditemukan di Jatim. Meskipun demikian, saya harap semua tetap tenang karena kebanyakan kasus baru yang sudah divaksin booster gejalanya ringan. Oleh karena itu, tidak perlu panik, tetapi saya imbau vaksinasi booster lebih dikuatkan kembali," kata Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa.