Russia melakukan serangan terhadap Pelabuhan Odessa tak lama setelah diteken kesepakatan ekspor biji-bijian dari Ukraina dan mereka mengklaim bahwa menargetkan kapal perang Ukraina dalam ­serangan itu.

KYIV - Russia pada Minggu (24/7) mengatakan bahwa serangan misilnya di pelabuhan Ukraina yang menjadi pusat kesepakatan ekspor biji-bijian yang baru ditandatangani, telah menghancurkan senjata yang dipasok Barat. Pernyataan Russia itu diumumkan setelah serangan itu memicu protes dari sekutu Ukraina.

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, mengecam serangan ke Pelabuhan Odessa yang terjadi pada Sabtu (23/7) atau hanya selang satu hari setelah pihak yang bertikai mencapai kesepakatan untuk melanjutkan ekspor dari fasilitas itu, sebagai sebuah aksi "barbarisme" Russia.

Namun Kementerian Pertahanan Russia membatalkan bantahan tersebut pada Minggu, dengan mengatakan bahwa serangan itu telah menghancurkan sebuah kapal militer Ukraina dan senjata yang dikirim oleh Washington DC.

"Pabrik perbaikan dan peningkatan senjata militer Ukraina juga telah rusak," kata Kementerian Pertahanan Russia

Sementara itu Presiden Zelenskyy mengatakan bahwa serangan ke Odessa menunjukkan bahwa Moskwa tidak dapat dipercaya untuk menepati janjinya dan bahwa dialog dengan Moskwa menjadi semakin tidak dapat dipertahankan.

Di bawah kesepakatan yang dimediasi oleh Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, dan Sekjen PBB, Antonio Guterres, Odessa adalah salah satu dari tiga pusat yang dibolehkan mengekspor biji-bijian Ukraina.

Pejabat Ukraina mengatakan gandum sedang disimpan di pelabuhan pada saat terjadi serangan, meskipun stok bahan makanan tersebut tampaknya tidak hancur akibat serangan misil Russia tersebut.

Amerika Serikat (AS) juga sangat mengutuk serangan itu dan Menteri Luar Negeri Antony Blinken mengatakan serangan itu menimbulkan keraguan serius pada kredibilitas komitmen Russia untuk kesepakatan gandum di Turki beberapa waktu lalu.

"Russia mengatakan kepada kami bahwa mereka sama sekali tidak ada hubungannya dengan serangan ini," kata Menlu Blinken kepada kantor beritaAnadolu.

Kesepakatan besar antara Moskwa dan Kyiv yang dimediasi Turki ini merupakan yang pertama sejak invasi Russia ke Ukraina pada Februari lalu, yang bertujuan untuk meringankan "kelaparan akut" sebagai dampak dari perang seperti yang disuarakan PBB.

Presiden Zelenskyy mengatakan tanggung jawab untuk menegakkan kesepakatan jatuh ke pihak PBB, yang bersama dengan Turki adalah negara penjamin perjanjian. Turki mengatakan pihaknya berkomitmen pada kesepakatan itu setelah serangan itu.

Sejumlah besar komoditas gandum dan biji-bijian lainnya telah diblokir di pelabuhan Ukraina oleh kapal perang Russia dan ranjau yang diletakkan di Kyiv untuk mencegah serangan dari musuh.

Para diplomat memperkirakan stok gandum Ukraina baru bisa mengalir sepenuhnya pada pertengahan Agustus.

Bantuan Militer

Sementara itu Presiden AS, Joe Biden, pada Jumat (22/7) lalu telah menekan paket bantuan militer senilai 270 juta dollar untuk Ukraina, seiring dengan pertimbangan Kementerian Pertahanan AS untuk menyediakan jet tempur AS kepada Kyiv.

Juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS, John Kirby, menyatakan bahwa pertimbangan masih dalam fase pendahuluan.

"Ini tidak akan menjadi sesuatu yang akan dapat mereka lakukan dengan segera, atau bahkan dalam jangka pendek, karena mengintegrasikan dan mengoperasikan segala jenis pesawat, terutama pesawat tempur canggih, dengan sensor dan sistem yang kompleks, dan kemampuan senjata, itu usaha yang sulit," kata Kirby.

Komentar itu muncul ketika Biden meneken paket bantuan militer baru kepada Ukraina untuk mempertahankan negaranya dari cengkeraman Russia. Paket tersebut mencakup sekitar 100 juta dollar AS untuk 580dronePhoenix Ghost baru yang dikembangkan secara internal oleh Angkatan Udara, dan sekitar 170 juta dollar AS yang merupakan transfer peralatan yang ada dari stok AS. AFP/Anadolu/I-1

Baca Juga: