Sebuah misi PBB tiba di Nagorno-Karabakh setelah wilayah kantong yang memisahkan diri itu direbut oleh Azerbaijan

LACHIN - Sebuah misi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tiba di Nagorno-Karabakh pada Minggu (1/10), kata Azerbaijan, setelah hampir seluruh penduduk etnis-Armenia melarikan diri sejak Azerbaijan merebut kembali daerah kantong yang memisahkan diri tersebut.

"Misi PBB tiba di Karabakh pada Minggu pagi terutama untuk menilai kebutuhan kemanusiaan," kata juru bicara Kepresidenan Azerbaijan kepadaAFP.

Kedatangan misi PBB ini menandai pertama kalinya dalam 30 tahun terakhir badan internasional tersebut mendapatkan akses ke wilayah tersebut.

Kelompok separatis Armenia yang telah menguasai wilayah tersebut selama tiga dekade, setuju untuk melucuti senjata mereka, membubarkan pemerintahan mereka, dan berintegrasi kembali dengan Azerbaijan setelah serangan satu hari pada pekan lalu.

Berakhirnya upaya separatis Karabakh merupakan pukulan berat terhadap impian berabad-abad orang-orang Armenia untuk menyatukan kembali apa yang mereka katakan sebagai tanah leluhur mereka, yang terbagi di antara kekuatan regional sejak abad pertengahan.

Hampir seluruh penduduk Karabakh yang diperkirakan berjumlah 120.000 orang meninggalkan wilayah tersebut pada hari-hari berikutnya, sehingga memicu krisis pengungsi.

"Sebanyak 100.483 pengungsi tiba di Armenia pada Minggu pagi," kata juru bicara perdana menteri Armenia, Nazeli Baghdasaryan, seraya mengatakan bahwa sebanyak 45.516 pengungsi kini berada di akomodasi sementara.

Peristiwa Tragis

Seorang warga Armenia menyatakan bahwa apa yang terjadi beberapa hari ke belakang merupakan sebuah peristiwa paling tragis dalam sejarah Armenia sedang diguratkan saat ini.

"Saya berdoa agar bencana di Karabakh ini berakhir, demi kelangsungan hidup Armenia," kata seorang arsitek bernama Artur Hayrapetyan, 25 tahun.

Armenia menuduh Azerbaijan telah melakukan pembersihan etnis dalam peristiwa ini, namun tuduhan itu dibantah oleh Azerbaijan yang kemudian menyerukan warga Armenia untuk tidak meninggalkan rumah mereka dan berintegrasi kembali dengan Azerbaijan di mana hak-hak mereka akan dihormati.

Armenia, negara berpenduduk 2,8 juta jiwa, menghadapi tantangan besar dalam menampung masuknya pengungsi secara tiba-tiba.

Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah pada Jumat (29/9) lalu mengumumkan permohonan dana bantuan darurat sebesar 22 juta dollar AS untuk membantu mereka yang melarikan diri.

Sementara itu Azerbaijan saat ini dilaporkan sedang mengadakan pembicaraan reintegrasi dengan para pemimpin separatis, dan pada saat yang sama menahan beberapa tokoh senior dari pemerintahan sebelumnya dan komando militernya.

Presiden Azerbaijan, Ilham Aliyev, dan Perdana Menteri Armenia, Nikol Pashinyan, rencananya akan bertemu pada Kamis (5/10) mendatang di Kota Granada, Spanyol, untuk melakukan pembicaraan yang dimediasi Barat yang bertujuan mengakhiri permusuhan bersejarah mereka. AFP/I-1

Baca Juga: