Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim memaparkan hasil survei karakter yang dilakukan Kemendikbud dalam asesmen nasional untuk melakukan evaluasi sekolah. Berdasarkan hasil tersebut, sebanyak 22,4 persen peserta didik berpotensi mengalami kekerasan seksual.

"Sebanyak 22,4 persen peserta didik yang punya potensi insiden kekerasan seksual dalam definisi kekerasan seksual yang cukup lebar," kata Nadiem dalam rapat kerja dengan Komisi X DPR di Kompleks Parlemen, dikutip Rabu (13/4).

Nadiem menjelaskan, kasus kekerasan seksual lebih banyak terjadi di sekolah yang tak memiliki kebijakan terkait pemahaman soal kekerasan seksual. Sebaliknya, sekolah dengan guru yang memiliki pemahaman, kebijakan dan program pencegahan kekerasan seksual cenderung kecil level insidensinya.

"Ada korelasi yang sangat signifikan terhadap sekolah-sekolah yang membicarakan isu kekerasan seksual dan sekolah-sekolah yang tidak punya kebijakan atau membicarakan topik itu," ucapnya.

Di sisi lain, Ia juga mengungkap 24,4 persen peserta didik berpotensi mengalami insiden perundungan. Menurutnya, tingginya angka perundungan terjadi di sekolah-sekolah yang lebih tertutup.

"Menariknya, ada korelasi negatif antara (sekolah) yang punya program perundungan dengan insidensi perundungan yang terjadi," ujar Nadiem.

"Kalau enggak dibahas dalam sekolah, kalau pemahaman gurunya tidak baik, kalau tidak ada kebijakan atau program, risiko insidensi lebih tinggi," tambahnya.

Sebagai informasi, asesmen nasional merupakan evaluasi yang dilakukan oleh pemerintah untuk memetakan mutu sistem pendidikan pada satuan tingkatan pendidikan dasar dan menengah. Evaluasi tersebut menggunakan instrumen asesmen kompetensi minimum, survei karakter, dan survei lingkungan belajar.

Baca Juga: