Bisnis rumahan mendadak naik pamor di tengah pandemi Covid-19. Saat virus jadi momok bagi sebagian masyarakat, ternyata sejumlah usaha rumahan malah mengalami peningkatan permintaan.
Virus corona hingga saat ini belum ada obat maupun vaksin pembunuhnya. Yang harus dilakukan oleh sementara orang adalah upaya pencegahan penularan. Berbagai macam cara dilakukan, diantaranya dengan meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan selalu menjaga kesehatan.
Di tengah pandemi inilah ramuan herbal alami, yang mengandung bahan-bahan seperti jahe, kunyit, temulawak, kencur, dan daun sereh dipercaya dapat meningkatkan sistem imun tubuh. Maka secara otomatis usaha penjualan ramuan atau minuman herbal dapat menjadi bisnis yang menjanjikan, karena kebutuhan untuk menjaga sistem imun dan kesehatan saat ini sangatlah tinggi.
Bagi masyarakat Indonesia, minuman herbal atau jamu sudah menjadi minuman warisan yang telah ada sejak lama. Berasal dari bahan alam, tumbuhan yang tumbuh subur di Tanah Air. Minuman herbal juga sudah menjadi bagian dari budaya dalam menajga kesehatan bangsa ini. Ketenaran minuman herbal atau jamu dinilai memikat hati masyarakat.
Â
Hal ini bisa menjadi peluang usaha bagi masyarakat. Bisnis minuman herbal memang bisa dikatakan menjadi salah satu usaha yang menjanjikan. Semakin tingginya peminat minuman herbal, membuat bisnis minuman herbal makin diperhitungkan.
Â
Mantan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangles) Kementerian Kesehatan RI Tjandra Yoga Aditama dalam Katalog Badan Penelitian dan Pengembangan RI 2014 mengatakan, tidak pelak lagi bahwa jamu dan tanaman obat, merupakan salah satu kekayaan budaya nusantara yang penting. Kekayaan bangsa ini diselaraskan dengan strategi global, dalam pengembangan pelayanan kesehatan tradisional tertuang dalam WHO Traditional Medicine Strategy 2014-2023.
Industri jamu dan obat tradisional bertumbuh sedikitnya 6 persen pada 2019. Jumlah tersebut memberikan dampak positif bagi perekonomian nasional tahun lalu. Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kemenperin Muhammad Khayam pada awal tahun 2020 sempat menyebut, industri ini terbantu dengan keberadaan 30.000 varietas bahan herbal, yang dapat diformulasikan menjadi produk jamu.Â
Adapun Kemenperin mencatat sedikitnya 1.200 pelaku industri jamu. Sebanyak 129 di antaranya merupakan pelaku usaha yang masuk dalam kategori industri obat tradisional. Di tengah pandemi Covid-19, pemerintah turut mendorong peningkatan produksi jamu, atau obat herbal lainnya sebagai upaya pencegahan penyebaran virus.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang mengatakan, bahwa pemerintah menargetkan pemenuhan seluruh kebutuhan alat kesehatan termasuk obat dan vitamin. “Kita dorong obat asli Indonesia, sejenis suplemen, bahan bakunya melalui proses herbal, semua nilai tambahnya akan ada di Indonesia karena indonesia sangat kaya herbal,†katanya beberapa waktu lalu.
Pemerintah turut mendorong industri kecil cerdik membaca peluang bisnis, di tengah merebaknya corona. Terlebih beberapa sektor mengalami peningkatan permintaan, termasuk obat-obatan, vitamin hingga obat tradisional. Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Penny K. Lukito, bahkan mulai mempermudah pemberian izin edar bagi industri obat termasuk jamu. Jamu atau obat herbal menjadi salah satu cara pencegahan masyarakat dari infeksi corona. “Maka kami sangat mendukung aspek pencegahan diantaranya mendukung terus mengembangkan obat tradisional dan suplemen kesehatan yg bersifat natural,†jelasnya.
Memulai Usaha
Anak milenial ternyata juga akrab dengan jamu gendong, sekalipun sekarang ini penjualnya sudah jarang. Pasalnya, beberapa resto dan hotel terkenal menjadikan jamu sebagai minuman suplemen herbal.
Di masa wabah corona ini, jamu kembali menjadi primadona, karena terbukti memberi manfaat untuk kesehatan dan daya tahan tubuh. Tapi jamu ini tidak hanya  dijual keliling oleh penjual jamu gendong atau gerobak jamu, tapi juga dijual online. Dengan berbagai kemasan menarik dan modern, banyak orang kembali menjual berbagai minuman herbal tersebut.
Untuk membuka usaha jamu tidak harus memiliki modal besar. Sekalipun sejak wabah corona merebak harga-harga tanaman herbal melejit, namun dengan modal beberapa ratus ribu rupiah saja, orang sudah bisa mulai membuat dan menjual jamu sendiri. Apalagi kalau bisa bertemu dengan para petani tanaman herbal ini, selain bisa mendapatkan harga terjangkau, dan pastinya akan mendapatkan suplai yang tetap. Langkah awalnya mulailah dari riset resep jamu, harga dan juga mencari penjual bahan-bahan herbal, yang lokasinya dekat dengan tempat tinggal kita. Carilah bahan-bahan yang mudah didapatkan, sehingga ketika permintaan meningkat, pembuat jamu tidak kewalahan untuk mendapatkan bahan dasarnya.
Banyak Peminat
Kepala Negara, Presdien Joko Widodo dalam sebuah videonya menampilkan bagaimana dirinya rajin minum jamu temulawak, hal ini membuat masyarakat semakin banyak yang mencari khasiat berbagai minuman jamu. Presiden Jokowi pada awal bulan Maret lalu menyatakan bahwa dirinya minum jamu sampai 3 kali sehari selama wabah corona ini. Jadi jamu bukan lagi dikonsumsi masyarakat kelas menengah ke bawah, dengan kemasan menarik, dan promosi yang tepat, orang bisa menjual jamu atau minuman herbal kualitas premium.
Batasi Jenis Produk
Dalam memulai usaha minuman herbal atau jamu, tidak harus membuat banyak jenis minuman herbal. Pilihlah satu atau dua jenis jamu yang dijadikan andalan. Jadi, buatlah beberapa percobaan jamu buatan sendiri. Pilihlah yang terbaik, dan setelah itu mintalah beberapa kerabat dan teman untuk mencobanya. Jika mendapatkan masukan positif dari mereka, maka pilihan sudah ditentukan dan bisa mulai menjualnya.
Sebagai contoh apa yang dilakukan oleh salah satu produsen minuman herbal yang mengaku prihatin terhadap serbuan produk consumer good,  atau barang konsumsi, termasuk minuman herbal dari luar negeri. Dirinya lalu membuat minuman herbal yang dibuat untuk penghangat tubuh dari buah kurma, jahe merah, madu, jintan hitam dan delima yang dianjurkan nabi untuk mengobati segala macam penyakit.
Pemasaran dan Promosi
Dengan adanya wabah corona, maka banyak toko dan pasar swalayan yang tutup. Orang banyak mencari kebutuhan dan belanja lewat online. Ini adalah peluang untuk melakukan promosi online melalui social media dan iklan online.
Dengan iklan online, sasarannya bisa menjangkau seluruh Indonesia. Bahkan juga bisa menawarkan sistem kemitraan, dimana orang bisa menjual produkmu dengan sistem distributor, reseller atau dropship.
Perbedaan dropship dengan reseller ternyata belum banyak yang mengetahuinya. Padahal untuk keduanya memiliki perbedaan. Antara dropship dan reseller ini sama-sama menggunakan sistem dengan menjual produk yang bukan miliknya sendiri atau produk yang dimiliki oleh orang lain.
Meskipun sama-sama menjual produk orang lain, namun dropship dan reseller ini memiliki perbedaan yang cukup terlihat. Meskipun sebagian orang, belum mengetahui dimana letak perbedaannya tersebut.
Pengertian Dropship dan Reseller
Pengertian dari dropship itu sendiri yaitu, cara atau teknik yang digunakan untuk melakukan pemasaran melalui online. Dropship akan bekerja sama dengan pihak distributor ataupun supplier dan tidak perlu memiliki stok barang sendiri.
Sementara pengertian dari reseller itu sendiri yaitu pelaku bisnis online, yang menjualkan produk kembali yang berasal dari supplier, distributor atau produsen. Seorang reseller diwajibkan memiliki stok barang untuk dijual. Sehingga untuk modal yang dikeluarkan reseller juga jauh lebih besar.
Perbedaan lainnya adalah dari modal yang dikeluarkan. Antara dropship dan reseller memiliki jumlah modal yang tidak sama. Untuk seorang reseller diharuskan memiliki stok barang pada jumlah yang cukup banyak, sehingga secara tidak langsung, reseller harus mempunyai modal yang cukup besar. Hal ini berbeda dengan pihak dropship, yang mana untuk modal yang dikeluarkan hanya pulsa dan kuota internet saja. Karena memang untuk pihak dropship ini tidak perlu melakukan penyetokan barang. Sebab itu, jika ingin menjalankan sebuah bisnis tanpa harus mengeluarkan banyak modal, menjadi dropshiper bisa dijadikan sebagai pilihan yang tepat.
Keuntungan yang didapatkan antara dropship dengan reseller juga berbeda. Reseller tentunya akan mendapatkan keuntungan yang jauh lebih besar, jika dibandingkan dengan dropship. Hal ini terjadi karena reseller bisa mendapatkan harga yang jauh lebih kompetitif. Reseller juga melakukan pembelian produk yang hendak dijual, dengan jumlah yang cukup banyak pada pihak supplier, distributor, maupun produsen. Dari sinilah maka pihak reseller merasa lebih leluasa, pada saat akan menjual berbagai produk, atau barang-barangnya, meskipun memberikan harga dengan selisih yang cukup tinggi.
Dropship dan reseller juga memiliki letak perbedaan dari segi strategi pemasarannya. Reseller akan menawarkan produk dan barang yang dijualnya secara langsung, kepada konsumen atau pembeli. Hal ini dikarenakan, pihak reseller mempunyai stok barang yang jauh lebih besar. Sementara dropshiper tidak mempunyai stok barang. Maka penjualan produk-produknya melalui sosial media. Misalnya saja seperti Facebook, Instagram, website, Twitter ataupun melalui sosial media yang lainnya. Apabila dropshipper mendapatkan pembeli, maka dropshipper akan menghubungi supplier untuk membeli barang yang dipesan oleh pembeli.
Untuk resiko yang didapatkan antara dropship dengan reseller tentunya juga beda. Reseller, mempunyai tingkat kerugian yang jauh lebih tinggi dibandingkan pada pihak dropshipper. Salah satu penyebabnya, yaitu pihak reseller melakukan penyimpanan stok barang, sehingga apabila tidak laku tentu hal ini menjadi sebuah kerugian.
Hal ini berbeda dengan dropship yang tidak memiliki resiko kerugian, apabila produk yang dijualnya tidak laku. Karena dropship tidak melakukan penyetokan barang. ars