JAKARTA - Rupiah diperkirakan masih dalam tekanan jelang akhir pekan ini. Di tengah banyaknya sentimen negatif eskternal, faktor positif dari dalam negeri dinilai masih minim untuk mengurangi tekanan terhadap rupiah.
Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures, Nanang Wahyudin melihat pelaku pasar masih gamang karena pernyataan pejabat bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Fed sebelumnya yang cenderung hawkish seiring masih tingginya risiko inflasi ke depan. Selain dikepung sentimen negatif global dan regional, rupiah tidak memiliki kekuatan cukup dari dalam negeri untuk mengimbangi tekanan eksternal.
Karenanya, Nanang memproyeksikan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS dalam perdagangan di pasar uang antarbank, Jumat (28/6), bergerak di kisaran 16.340-16.430 rupiah per dollar AS.
Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS pada perdagangan, Kamis (27/6), ditutup menguat tipis 7 poin atau 0,05 persen dari sehari sebelumnya menjadi 16.406 rupiah per dollar AS.
"Investor memerlukan data lebih banyak, mengingat serangkaian data ekonomi AS belakangan ini yang lebih lemah namun pejabat-pejabat The Fed masih terus menyuarakan pernyataan yang hawkish," kata analis mata uang Lukman Leong di Jakarta, kemarin.
Selain itu, investor pada umumnya cenderung wait and see menantikan data produk domestik bruto (PDB) AS malam ini yang merupakan revisi ketiga, dan data inflasi personal atau PCE AS besok.