JAKARTA - Tekanan terhadap rupiah diperkirakan masih berlanjut hingga akhir pekan ini. Kombinasi sentimen eksternal dan internal bakal mempengaruhi pergerakan rupiah, hari ini (28/1).

Dari mancanegara, permintaan dollar AS yang tinggi pada akhir bulan bakal memperlemah rupiah. Selain itu, kenaikan yield obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) akibat lonjakan inflasi global juga bakal menekan pergerakan rupiah.

Dari dalam negeri, lonjakan kasus Covid-19 memicu ketidakpastian pemulihan ekonomi sehingga dapat mendorong dana asing keluar dari pasar keuangan Indonesia. Kondisi tersebut bakal mengganggu rupiah bergerak ke zona positif.

Dengan kolaborasi sentimen tersebut, Ekonom Maybank Myrdal Gunarto memproyeksikan nilai tukar rupiah akan bergerak di kisaran 14.289-14.443 rupiah per dollar AS dalam perdagangan, Jumat (28/1).

Sebelumnya, kurs rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Kamis (27/1) sore, ditutup melemah 36 poin atau 0,25 persen dari sehari sebelumnya menjadi 14.389 rupiah per dollar AS.

"Dollar AS menguat pasca pengumuman sikap terbaru dari Federal Open Market Committee (FOMC) semalam serta kekhawatiran pasar terhadap ketegangan geopolitik di Ukraina," kata analis Monex Investindo Futures Faisyal dalam kajiannya di Jakarta.

Baca Juga: