Jakarta - Penguatan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS kemarin diperkirakan bersifat terbatas sehingga berpotensi berbalik arah. Hal itu disebabkan minimnya sentimen positif yang mendukung pergerakan rupiah.

Dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS), hari ini (4/8), melaporkan data pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2020 yang diperkirakan tak terlalu mengejutkan para pelaku pasar. Sebab, berdasarkan proyeksi sejumlah pihak, termasuk pemerintah dan Bank Indonesia (BI), perekonomian nasional pada triwulan II-2020 akan tumbuh di bawah nol persen alias terkontraksi.

Di sisi lain, dari eksternal, ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok masih menjadi salah satu perhatian pasar.

Seperti diketahui, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa (4/8) sore, ditutup menguat tipis di tengah variasi mata uang kawasan Asia. Rupiah ditutup menguat 5 poin atau 0,03 persen menjadi Rp14.625 per dollar AS dari sebelumnya Rp14.630 per dollar AS.

"Kemungkinan pasar masih menunggu persetujuan stimulus fiskal pemerintah AS sebesar 1 triliun dollar AS yang bisa memberikan sentimen positif ke aset berisiko," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, kemarin.

Proposal stimulus sendiri saat ini masih dalam pembahasan dan direncanakan akan dilakukan pemungutan suara (voting) pada Agustus ini.

mad/Ant/E-10

Baca Juga: