JAKARTA - Tekanan terhadap rupiah, baik dari internal maupun eksternal, diperkirakan masih berlanjut, hari ini (22/6). Karenanya, peluang rupiah melemah lanjutan masih tebuka.

Dari luar negeri, pernyataan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed beberapa waktu lalu masih membuat rupiah tertekan. Dalam pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pekan lalu, The Fed menyatakan suku bunga akan naik dua kali pada 2023, yang kemudian memunculkan kekhawatiran tapering akan datang lebih cepat.

"Sentimen dari luar masih soal The Fed yang mendorong pasar mengantisipasi dengan masuk ke aset dollar AS sehingga dollar menguat," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra di Jakarta, Senin (21/6).

Dari dalam negeri, lanjut Ariston, kenaikan kasus Covid- 19 di atas angka 10 ribu sejak 17 Juni, juga mengundang kekhawatiran pasar terhadap pemulihan ekonomi Indonesia sehingga ini turut menekan rupiah.

Seperti diketahui, kurs rupiah terhadap dollar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal pekan ditutup melemah tertekan sikap bank sentral Amerika Serikat (The Fed) dan kenaikan kasus Covid-19. Rupiah ditutup melemah 53 poin atau 0,37 persen dari akhir pekan lalu menjadi 14.428 rupiah per dollar AS.

Baca Juga: