JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS berpotensi melemah dalam perdagangan tengah pekan ini. Pergerakan rupiah bakal dipengaruhi sentimen eksternal, terutama perkembangan ekonomi di Amerika Serikat (AS).

Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede memperkirakan rupiah akan bergerak melemah terbatas. Hal itu sejalan dengan proyeksi penurunan pembangunan rumah di AS serta perizinan pembangunan sehingga terdapat kekhawatiran dengan suplai perumahan di Negeri Paman Sam.

Josua memproyeksikan kurs rupiah terhadap dollar AS dalam perdagangan di pasar uang antarbank, Rabu (20/12), bergerak di kisaran 15.475-15.575 rupiah per dollar AS.

Sebelumnya, kurs rupiah yang ditransaksikan antarbank pada penutupan perdagangan, Selasa (19/12), menguat sebesar empat poin atau 0,03 persen dari sehari sebelumnya menjadi 15.506 rupiah per dollar AS. Penguatan rupiah ditopang ekspektasi pasar terkait pemangkasan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) atau Fed Funds Rate (FFR).

"Belum ada perubahan sentimen mengenai ekspektasi pasar soal pemangkasan suku bunga acuan AS. Tidak ada data baru dari AS yang dirilis Senin kemarin," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra di Jakarta, kemarin.

Survei CME FedWatch Tool menunjukkan probabilitas pemangkasan suku bunga acuan AS terjadi pada 2024 masih besar, yang dimulai pada Maret. Pasar menantikan data-data ekonomi penting baru khususnya dari AS pekan ini yang mulai dirilis malam ini untuk mengonfirmasi ekspektasi pemangkasan suku bunga tersebut.

Baca Juga: