Pada parade militer Senin (27/3), pemimpin junta Min Aung Hlaing, bersumpah bahwa militer akan terus menumpas lawan-lawan hingga situasi stabil agar Myanmar bisa melaksanakan pemilu.

NAYPYITAW - Pemimpin junta di Myanmar bersumpah tidak akan berhenti dalam tindakan keras terhadap lawan dan bersikeras militer akan mengadakan pemilihan umum, beberapa pekan setelah mengakui bahwa tindakan itu tidak cukup bagi menguasai wilayah untuk memungkinkan pelaksanaan pemungutan suara.

Hal itu disampaikan Jenderal Senior Min Aung Hlaing saat ia menghadiri parade militer besar-besaran di Ibu Kota Naypyidaw, Senin (27/3).

"Militer akan mengambil tindakan tegas terhadap lawan-lawan dan pemberontak etnis yang mendukung mereka," kata Min Aung Hlaing dihadapan sekitar 8.000 anggota militer yang menghadiri parade militer yang digelar untuk memperingati Hari Angkatan Bersenjata.

"Tindakan teror NUG (pemerintah bayangan) dan antek-anteknya yang disebut PDF, perlu ditangani untuk kebaikan dan semuanya," imbuh dia, merujuk pada Pemerintah Persatuan Nasional, sebuah badan yang didominasi oleh anggota parlemen yang digulingkan yang berupaya untuk membalikkan kudeta.

Myanmar berada dalam kekacauan sejak militer menggulingkan pemerintahan sipil pimpinan Aung San Suu Kyi pada tahun 2021 setelah militer membuat klaim terjadinya kecurangan pada pemilu yang sama sekali tidak berdasar.

Kudeta memicu pertempuran baru dengan pemberontak etnis dan melahirkan lusinan Pasukan Pertahanan Rakyat (PDF) antijunta, dengan sebagian besar negara sekarang dilanda pertempuran dan perekonomian yang compang-camping.

"Junta kemudian akan mengadakan pemilihan umum yang bebas dan adil setelah keadaan darurat selesai," ucap Min Aung Hlaing.

Alasan Penundaan

Pada Februari lalu, junta militer mengumumkan perpanjangan keadaan darurat selama dua tahun dan penundaan pemilihan umum yang telah dijanjikan akan diadakan pada Agustus, dengan alasan karena tidak cukup menguasai negara untuk diadakannya pemungutan suara.

"Ketenangan dan stabilitas sangat penting sebelum pemilihan apapun dapat dilanjutkan," kata Min Aung Hlaing pada parade tersebut.

Pada parade unjuk kekuatan itu, selain menampilkan barisan tentara, junta pun mempertontonkan sejumlah alutsista militer dan jet tempur Sukhoi Su-30 buatan Russia meraung di atas udara.

Hari Angkatan Bersenjata Myanmar diperingati untuk mengenang dimulainya perlawanan lokal terhadap pendudukan Jepang selama Perang Dunia II dan biasanya menampilkan parade militer yang dihadiri oleh pejabat asing dan diplomat.

Dua tahun setelah kudeta, situasi di Myanmar menjadi malapetaka yang membara, kata ketua hak asasi manusia PBB, Volker Turk, pada awal bulan ini, seraya menambahkan bahwa militer beroperasi dengan impunitas penuh. AFP/I-1

Baca Juga: