SEOUL - Otoritas militer Korea Selatan (Korsel) mengatakan pihaknya sedang memantau dengan cermat mengenai kemungkinan provokasi tambahan oleh Korea Utara (Korut), sebagaimana terdapat indikasi Pyongyang sedang bersiap meluncurkan misil balistik berbasis kapal selam (submarine-launched ballistic missile/SLBM).

Juru bicara Kepala Staf Gabungan Korsel, Kim Jun-rak, menyampaikan dalam pengarahan pers pada Senin (26/9) bahwa militer Korsel tengah melacak dan mengawasi aktivitas-aktivitas terkait di fasilitas-fasilitas nuklir Korut.

"Kami saat ini juga sedang menganalisis lebih lanjut rincian terkait penembakan misil balistik jarak pendek yang dilakukan Korut pada Minggu (25/9) kemarin," ucap Kim Jun-rak.

Dalam pengarahan pers, Kim Jun-rak pun mengatakan bahwa militer Korsel menilai bahwa Pyongyang akan terus melanjutkan pengembangan berbagai sistem senjata atau uji coba peluncuran sebagai bagian dari upaya untuk memperkuat pertahanannya.

Di lain pihak, Korut dilaporkan mengeluarkan kecaman atas kesepakatan Korsel-Amerika Serikat (AS) terkait penyebaran aset strategis yang tercapai dalam pertemuan tingkat tinggi Kelompok Konsultasi dan Strategi Perluasan Pencegahan yang Diperpanjang (EDSGC) antara Korsel dan AS yang digelar baru-baru ini di Washington DC.

"Pertemuan tersebut merupakan aktivitas yang sangat berbahaya dan provokatif," lapor sebuah media propaganda Korut,Ryomyong, Minggu (25/9).

Publikasi Korespondensi

Sementara itu kantor beritaKBSpada Senin melaporkan bahwa surat korespondensi antara mantan Presiden AS, Donald Trump, dan pemimpin Korut, Kim Jong-un, dipublikasikan.

Dalam konferensi tingkat tinggi (KTT) antara Korut dan AS sebelumnya, pemimpin Kim Jong-un meminta kepada mantan Presiden Trump untuk membahas denuklirisasi secara langsung dengan Korut, tanpa keterlibatan mantan Presiden Korsel, Moon Jae-in, atau para pejabat tinggi AS saat itu.

Ada 27 surat korespondensi antara Kim Jong-un dan Donald Trump sebelum dan sesudah KTT pada antara April 2018 hingga Agustus 2019 yang dipublikasikan. Dalam surat yang dikirim Kim kepada Trump pada September 2018, Kim mengatakan ia hendak bertemu langsung dengan Trump untuk bertukar pendapat secara mendalam, daripada melakukan pembahasan dengan mantan Menteri Luar Negeri AS saat itu, Mike Pompeo.

Dalam surat yang dikirim pada 21 September di tahun yang sama, Kim juga menyatakan harapan untuk membahas secara langsung dengan Trump mengenai masalah denuklirisasi, bukan bersama mantan Presiden Korsel, Moon Jae-in.

Frekuensi surat-menyurat antara Kim dan Trump meningkat setelah pertemuan puncak di Singapura, dan kedua pemimpin senang menyampaikan rasa hormat kepada satu sama lain. Namun, pertukaran surat itu semakin jarang sejak kegagalan KTT kedua antara AS dan Korut di Hanoi. KBS/I-1

Baca Juga: