SEOUL - Korea Selatan mengatakan pada hari Senin (23/9) akan mengambil "tindakan militer yang tegas" jika ada yang terbunuh oleh gelombang balon pembawa sampah yang diterbangkan Korea Utara melintasi perbatasan.
Pyongyang telah mengirim lebih dari 5.500 balon yang membawa muatan sampah sejak bulan Mei, mengganggu penerbangan, menyebabkan kecelakaan, bahkan menghantam gedung-gedung pemerintah di Selatan.
Pyongyang mengatakan taktik ini merupakan respons terhadap aktivis di Selatan yang mengirim balon berisi propaganda ke Utara.
Seoul "akan mengambil tindakan militer yang tegas jika balon-balon berisi sampah milik Korea Utara menimbulkan ancaman keselamatan yang serius atau dianggap telah melewati batas", kata Lee Sung-joon, dari Kepala Staf Gabungan, kepada wartawan.
Batasan akan dilanggar jika ada yang meninggal akibat balon tersebut, katanya, tanpa memberikan perincian tentang tindakan "tegas" apa saja yang akan diambil.
Kebanyakan balon yang dikirim oleh Korea Utara disertai kantung-kantung kertas bekas, yang tidak menimbulkan risiko kesehatan khusus, tetapi kekhawatiran telah muncul setelah perangkat baru yang dipasang pada beberapa balon menyebabkan kebakaran dalam beberapa minggu terakhir.
"Militer kami memantau militer Korea Utara dengan ketat dan melacak titik peluncuran balon secara real time," kata Lee dari JCS.
Peringatan itu muncul beberapa jam setelah peluncuran balon terakhir sempat mengganggu penerbangan di bandara Incheon.
Tak lama setelah Korea Utara meluncurkan balon berisi sampah pada bulan Mei, Seoul menangguhkan kesepakatan militer dengan Pyongyang dan memulai kembali siaran propaganda dari pengeras suara di sepanjang perbatasan.
Hubungan antara Korea Utara dan Korea Selatan berada pada salah satu titik terendah dalam beberapa tahun, dengan Korea Utara baru-baru ini mengumumkan pengerahan 250 peluncur rudal balistik ke perbatasan selatannya.
Korea Utara pada awal bulan ini juga merilis gambar fasilitas pengayaan uraniumnya untuk pertama kalinya, yang memperlihatkan pemimpin Kim Jong Un sedang melakukan tur sambil meminta lebih banyak sentrifus untuk meningkatkan persenjataan nuklirnya.
Korea Utara belum pernah mengungkapkan kepada publik rincian fasilitas pengayaan uraniumnya sebelumnya.
Korea Utara dapat melakukan uji coba nuklir ketujuh kapan saja Kim Jong Un memberi lampu hijau... termasuk sebelum atau setelah pemilihan presiden AS" pada bulan November, kata Shin Won-sik, penasihat keamanan nasional presiden, pada hari Senin dalam sebuah wawancara dengan Yonhap News TV.