YANGON - Pasukan militer pada Minggu (16/5) berhasil menghalau kelompok pemberontak dalam sebuah pertempuran di kota perbukitan Mindat, Negara Bagian Chin, di Myanmar barat laut, sekitar 100 kilometer dari perbatasan India.

Sebelumnya pada Sabtu (15/5) seorang warga Kota Mindat yang berhasil kabur melaporkan terjadinya pertempuran antara pasukan militer dan kelompok milisi lokal dimana pasukan militer berupaya menumpas pemberontak yang menentang junta yang melakukan kudeta di Myanmar pada Februari lalu.

"Kami kabur untuk menyelamatkan diri," ucap warga Kota Mindat itu. "Ada sekitar 20 ribu warga terperangkap di Mindat kebanyakan dari mereka adalah anak-anak dan kaum lansia," imbuh dia.

Sejak Kamis (13/5) lalu, junta menerapkan undang-undang darurat di Mindat dan terus meningkatkan serangan pada pemberontak yang mereka sebut sebagai kelompok teroris bersenjata.

Seorang pejabat kota melaporkan kelompok pemberontak yang menamakan diri mereka sebagai Chinland Defence Force (CDF) mundur setelah junta mengirimkan pasukan militer tambahan dan menghujani Mindat dengan tembakan artileri dan serangan dengan helikopter tempur. Serangan pasukan junta itu ditanggapi oleh CDF dengan membakar truk-truk militer dan melakukan pengadangan terhadap pasukan militer tambahan.

"(Dalam pertempuran di Kota Mindat) terdapat korban dari warga sipil," ucap pejabat kota itu tanpa merinci berapa jumlah korban secara pasti.

Sementara itu Menteri Kerja Sama dari Pemerintahan Tandingan Myanmar (National Unity Government/NUG) yaitu Dr Sasa, menyatakan ada 6 warga sipil yang tewas dalam pertempuran di Mindat dan 10 warga lainnya mengalami luka-luka, serta sejumlah warga Kota Mindat ditahan.

Berdasarkan keterangan seorang anggota pemberontak, kelompoknya memutuskan untuk mundur ke hutan untuk menghindari terjadinya eskalasi konfrontasi. "Kami juga mundur karena tak ingin Kota Mindat jadi hancur, dan kami akan kembali untuk melakukan serangan," ungkap anggota pemberontak itu seraya menyatakan bahwa persenjataan mereka tak sanggup untuk menghadapi pasukan militer yang bersenjata lengkap.

Seruan Barat

Pertempuran di Mindat menandai semakin meningkatnya kekacauan di Myanmar setelah sebelumnya junta setiap hari menghadapi aksi protes, aksi mogok dan serangan sabotase usai pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi digulingkan oleh militer.

Menanggapi semakin memanasnya situasi di Myanmar, kantor Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) dan Kedutaan Besar Inggris pada Sabtu meminta pasukan militer untuk menurunkan senjata mereka saat menghadapi warga sipil termasuk dalam pertempuran di Mindat.

"Penggunaan senjata perang oleh militer terhadap warga sipil seperti yang terjadi di Kota Mindat, hanya akan menggiring rezim semakin sulit untuk mempertahankan kekuasaannya," cuit Kedubes AS pada Sabtu.

Sementara itu Kedubes Inggris dalam cuitannya menyatakan aksi kekerasan di Mindat tak bisa diterima. "Bukti-bukti kekejaman akan dikirimkan (ke mekanisme Investigasi Independen Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Myanmar) sehingga para pelakunya dapat dimintai pertanggungjawaban," cuit Kedutaan Inggris merujuk pada sebuah komite yang mengumpulkan bukti kejahatan internasional di PBB. AFP/ST/I-1

Baca Juga: