Para ilmuwan di Perdue University, menemukan bahwa bakteri Listeria monocytogenes dapat hidup di dalam jaringan selada romaine. Dengan demikian, praktik sanitasi pascapanen konvensional saja mungkin tidak cukup untuk membunuh patogen yang berpotensi mematikan ini.

Penelitian yang dipimpin oleh Amanda Deering, asisten profesor klinis di Departemen Ilmu Pangan, universitas Perdue menunjukkan bahwa bakteri tersebut dapat hidup dalam selada pada setiap tahap proses pertumbuhan tanaman dan berada di dalam jaringan tanaman. Selada romaine sendiri merupakan salah satu jenis selada yang paling umum di konsumsi dalam salad.

Selada ini memiliki tekstur yang renyah dan segar. L. monocytogenes sensdiri dapat masuk ke dalam tanaman melalui retakan mantel biji, mata air kecil di jaringan akar selama perkecambahan dan kerusakan jaringan tanaman. Para peneliti menemukan bahwa paparan selada terhadap bakteri dapat menyebabkan infeksi jaringan tanaman hanya dalam 30 menit.

"Mengetahui hal ini bisa terjadi, kita perlu menyimpannya dengan benar dan kita harus terus mengikuti praktik -praktik pertanian yang baik," kata Deering. Ketika tertelan, bakteri bisa mematikan bagi mereka yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang rentan, termasuk wanita hamil, orang tua, bayi, atau orang dengan HIV. L. monocytogenes juga bisa melewati penghalang plasenta pada wanita hamil, yang bisa memicu keguguran.

"Untuk konsumen yang kekebalannya terganggu, penting untuk diingat, bahwa dimasak itu lebih baik," kata Deering. Sementara yang umumnya terkait dengan daging dan hot dog siap saji, wabah listeriosis - penyakit yang terkait dengan bakteri - juga disebabkan oleh seledri, seledri, kecambah dan apel yang terkontaminasi.

Sebuah wabah 2011 dari blewah adalah wabah bakteri pangan mematikan kedua dalam sejarah A.S. Bakteri hanya bisa terbunuh oleh panas dan buah yang terkontaminasi atau yang diolah minimal dan dikonsumsi mentah akan sangat beresiko. Menurut Deering, gejala listeriosis mungkin baru akan muncul selama dua bulan pasca mengkonsumsi makanan dengan kadungan listeriosis.

Dan pada saat itu, kebanyakan orang tidak menghubungkan penyakit ini dengan sesuatu yang mereka makan. Penyelidikan yang dilakulan ini dimulai Setelah 2016, dimana salad kemasan yang terkontaminasi menjadi peristiwa besar saat itu.

Beberapa ilmuwan termasuk Deering dan sejumlah rekanya diantaranya Haley Oliver, associate professor ilmu pangan, dan Archana Shenoy, seorang asisten peneliti pascasarjana, mulai menyelidiki kegigihan dan internalisasi L. monocytogenes di selada romaine, tanaman dengan pertumbuhan tercepat di AS dalam hal produksi, ekspor dan konsumsi.

Hasil penelitian mereka menunjukkan L. monocytogenes pada selada romaine dapat bertahan sampai 60 hari atau sampai saat panen. Bakteri dapat ditemukan di seluruh jaringan tanaman. Hal ini menunjukkan cara bagaimana patogen bawaan makanan dapat menjangkau konsumen. Terutama pada makanan siap saji.

Di Purdue Centre for Food Safety Engineering, para periset sedang mengerjakan teknologi deteksi saat mereka mengalihkan fokus mereka ke benih benih dan bibit sebelum ditanam. Mereka bertujuan untuk menemukan strategi pengendalian pra-panen untuk mencegah kontaminasi, terutama karena penyusun hanya dapat mengobati produk secara eksternal.

"Pendidikan lanjutan, pelatihan dan penelitian untuk meminimalkan paparan patogen bawaan makanan di tanah, air, benih, tanaman, dan hasil bumi kita telah menjadi prioritas saya dalam penelitian," kata Deering.

nik/berbagai sumber/E-6

Baca Juga: